Tamara memutuskan untuk masuk ke dalam kelas Galuh saat tau sahabat satu-satunya itu tak masuk sekolah. Matanya menjelajah mencari Galuh. Namun tak ketemu. Ia malah melihat seengok manusia yang sedang ngupil sambil menatap ke arahnya dengan alis yang di naik turunkan. Menjijikkan.
"Kimak!" ucap Tamara.
Yang di panggil Kimak hanya menaikkan alisnya lalu berkata." Apaya? Emang kita kenal ya?"
Dengan kesal Tamara langsung berjalan menghampiri Edo. Ia menepuk pundaknya keras." Mana sahabat lo?"
Sakit banget ya kalau ternyata yang di cari orang lain. Ck.
"Buat apa sih cari yang lain kalau abang ada di depan mata eneng?" tanya Edo dengan mimik sedih.
Tamara hanya memutarkan matanya malas. Salah satu hal yang bikin malas ia berkomunikasi dengan manusia adalah ini.
"Buruan bilang sahabat lo ada dimana?" tanya Tamara.
Edo menggedikkan bahunya." Enggak tau gak gue kantongin. Bye the way, Tam gue punya tebak-tebakkan."
Tamara menatap Edo datar. Tak di ladenin kasihan. Di ladenin pasti menyebalkan.
"Apa?" Akhirnya hati mungilnya memilih meladeni laki-laki ini.
Edo menatap Tamara serius." Kucing kucing apa yang kuno?"
Tamara berpikir keras dalam otak kecilnya. "Emm kucing persia?"
"Kucinggalan zaman bhahaha lucu kali, mau meninggoy, bhaks, cuaks icikiwirrrr, rawr."
Tamara hanya bisa menghelakan nafasnya panjang dan membiarkan Edo tertawa sendirian sambil berguling-gulingan di lantai. Jokes sendiri ketawa sendiri. Aneh.
Tak lama kemudian muncul Galuh dengan roti di tangannya. Ia menatap Edo yang sedang berguling-gulingan di lantai.
"Kenapa dia?" tanya Galuh.
Tamara berbalik lalu menghelakan nafasnya panjang seolah sudah sangat lelah dengan sikap Edo." Biasa."
Hanya jawaban biasa namun di pahami oleh Galuh. Ia menatap Tamara." Lo ngapain kesini?"
"Rania enggak sekolah. Lo tau?" tanya Tamara.
Galuh mengangguk. Ia melemparkan roti ke arah Edo hingga membuat laki-laki itu dengan sigap menangkap sebungkus roti rasa keju itu." Terima kasih kawan. Kaulah sahabat terbaik watashi." ucapnya.
Galuh hanya memberikan jempolnya lalu menatap ke arah Tamara." Kemarin bokapnya Rania pulang setelah sekian lamanya. Tapi ternyata enggak sendiri. Dia bawa istri barunya. Rania kaget sama itu sampe akhirnya ia hubungin bundanya. Tapi sampai sekarang bundanya enggak ada kabar. Hilang gitu aja."
Mendengar itu membuat Tamara di rudung rasa cemas. "Terus sekarang Rania dimana?" tanyanya
Paham akan kegelisahan Tamara membuat Galuh langsung mengusap pundak Tamara lembut." Tenang dia ada di rumah neneknya yang di Bogor. Nanti sore gue bakal kesana juga."
"Gue ikut."
"Gue juga ikut." Timpal Edo dengan mulut yang penuh berisi roti.
"Lo ga di ajak safir!" ucap Tamara kesal.
Galuh menghelekan nafasnya panjang. Setiap Tamara dan Edo bertemu kepalanya menjadi sakit. Mereka kerap bertengkar. Namun kali ini kepalanya memunculkan ide cemerlang. Ia menatap keduanya." Boleh. Nanti Tamara sama lo ya, Do?"
"Ih gue sama lo aja. Ogah banget sama makhluk ini!" tutur Tamara.
"Gitu amay. Gue jemput nanti." ucap Edo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Galuh untuk Rania
Teen FictionKarena hidup gue isinya cuma Rania, gadis manis yang selalu jadi arah tujuan gue. -Galuh