13. Ujian tahun pertama

40 2 0
                                    

Rania menghelakan nafasnya panjang saat menatap selembar kertas ujian miliknya. Akhir-akhir ini hidupnya sedikit kacau, ia sering izin dan berakhir dengan ketinggalan mata pelajaran. Namun tak apa, ia sudah berusaha belajar semalaman.

Tringggg

Bel berbunyi menandakan para siswa harus mengumpulkan kertas ujian secepatnya. Tamara menyenggol lengan Rania pelan. "Mampus gue jawabnya ngasal."

Rania hanya terkekeh lalu menggandeng tangan Tamara untuk keluar kelas. "Gapapa, lupain aja udah selesai ujiannya."

Tamara memanyunkan bibirnya lalu melangkah bersama keluar kelas. Saat di depan kelas, mereka sama-sama berhenti. Disana sudah ada Galuh yang berdiri dengan jus alpukat di tangannya. Laki-laki itu menghampiri.

"Minum." Tutur Galuh sambil memberikan jusnya ke Rania.

Rania mengambil jusnya. Ia tersenyum kecil. "Thanks."

"Nanti pulang sama gue." Ucapnya.

Rania mengangguk." Oke."

Setelah itu, Galuh pergi meninggalkan Rania dan Tamara.

"Galuh suka tuh." Ucap Tamara.

Rania terkekeh sambil menyesap jusnya. "Ngaco. Kita udah terlalu lama jadi temen."

"Terus kenapa?"

"Apa?"

"Kenapa kalau temen? Emang temen enggak bisa jadi pacar?"

Rania terdiam.

"Jangan terlalu denial sama perasaan sendiri, Ran. Jangan sampe perasaan denial lo justru hancurin lo. Jangan sampe perasaan denial lo, bikin lo berhadapan sama kehilangan." Tutur Tamara.

Rania hanya tersenyum kecil. Ia kembali merengkuh tangan Tamara dan membawanya pergi. Sepanjang jalan Rania hanya diam sambil memikirkan ucapan Tamara.

---apa iya?

"Gue mau makan soto lo apa?" Tanya Tamara yang tak di jawab oleh Rania. Gadis itu hanya diam sambil menyesap jusnya.

"Yeh malah bengong. Rania!" Panggil Tamara sambil menyenggol tubuh Rania.

Rania tersentak. Ia menatap Tamara. "Hah?"

Tamara menghentikkan langkahnya, membuat langkah Rania ikut terhenti "Jangan di pikirin. Kalau belum siap jatuh cinta, jangan." Ucap Tamara

Setelah mengucapkan itu, Tamara melangkah pergi. Ia jalan mendahului Rania. Melihat itu, Rania hanya bisa menghelakan nafasnya panjang. Ia bingung sama dirinya sendiri. Hidupnya terlalu rumit. Terlalu pusing. Terlalu banyak pertanyaan.

"Rania!" Panggil seorang gadis dari belakangnya.

Rania berbalik." Ya?"

"Ada bunda lo."

Deg...

-------------------------

"Gal hati lu pernah berdebar-debar ga si?" Tanya Edo tiba-tiba.

Galuh mengernyit. "Pernahlah. Kenapa?"

"Gapapa aneh aja."

Mendengar jawaban Edo membuat Galuh tersenyum jahil. Ia menatap temannya intens. "Wah lo suka lagi sama Tamara?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dari Galuh untuk RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang