Make a wish

98 14 2
                                    

Na Jaemin x Choi Lia
Alternative Universe












"Make a wish." ucapku sambil menatap wajah pemuda di hadapanku.

Dia tersenyum. Sungguh dia memiliki senyuman termanis yang pernah aku lihat.

Di sebuah kafe kecil pukul delapan malam, aku tengah duduk bersama Jemian. Ada sekotak pizza di meja kami beserta lilin kecil tertancap di sana.

Hari ini adalah ulang tahun Jemian.

Beberapa hari lalu Jemian menghubungiku, dia memintaku bertemu untuk merayakan ulang tahunnya, sebagaimana yang biasa kita lakukan dulu.

"I wish you would eat more," kata Jemian.

"Jem—"

"I wish you took your medicine,"

"And I wish... You're always happy, Livia."

Aku menatap Jemian keheranan, "Jemian? Kamu gak salah? Ini kan hari ulang tahun kamu, harusnya kamu bikin harapan buat diri kamu sendiri, bukannya buatku."

"Aku cuma gak mau ngeliat kamu di rumah sakit lagi, Liv. Seperti terakhir kali kita ketemu." ucap Jemian serius dan menatapku dalam.



Ah, aku tau yang perkataan yang dimaksud Jemian barusan.

Beberapa bulan lalu aku masuk rumah sakit karena alergiku kambuh, dan aku menghubungi Jemian.

Jemian kaget saat menerima teleponku, karena sudah lama sekali sejak terakhir kali alergiku kambuh. Aku harus opname di rumah sakit selama seminggu.

Saat itu hanya Jemian yang bisa merawatku.

Jemian selalu ingat makanan yang boleh dan tidak boleh aku konsumsi.

Jemian juga memastikan aku meminum obatku tepat waktu.



"Aku baik-baik aja sekarang, Jem. Nggak usah khawatir." kataku, lalu setelahnya kami terdiam.

Aku menelisik setiap sudut wajah Jemian, dia terlihat sedih dan aku bisa merasakan dia benar-benar mengkhawatirkanku.

"Aku nyanyiin lagu ulang tahun deh buat kamu," kataku berusaha mencairkan suasana.

Jemian terkekeh, "Please... Jangan, Liv. Suara kamu gak sebagus itu," ledeknya, "Make a wish buatku aja."

Aku menatap Jemian sekali lagi.

"I wish you didn't go racing often,"

"I wish you weren't too strong, so you'll stop fight the bad guys,"

"I wish you're always happy, and will find another girl—"

"I wish you were still mine, Livia." Jemian memotong perkataanku.

Aku menghela napas berat.

"Jemian."

"Iya, aku tau. Sekarang kamu udah sama cowok itu." Jemian memutar bola matanya malas.

"Cowok itu juga punya nama, Jemian. Namanya—"

Jemian mendecih, lagi-lagi dia memotong perkataanku, "Emangnya aku kelihatan peduli? Lagian kok bisa kamu mau sama cowok itu? Dilihat dari sisi manapun, masih gantengan aku kemana-mana, iya kan, Liv?" ucap Jemian menatapku dengan gaya tengilnya, menaik turunkan kedua alisnya.

Sekuat tenaga aku menahan tawa, tapi akhirnya gagal. Aku dan Jemian tertawa bersama.

Obrolanku dan Jemian kemudian mengalir begitu saja. Kami membicarakan banyak hal, mulai dari film kesukaan yang dulu selalu kami tonton bersama, lalu tentang lagu kesukaan kami, hingga bagaimana bertolak belakangnya selera makan kami. Karena Jemian membenci strawberry, sedangkan aku sangat menyukainya. Namun kami bisa memiliki waktu yang menyenangkan bersama, terlepas dari kemiripan dan perbedaan kami berdua.





Paper Hearts | JaeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang