(PINDAH KE DREAME)
#1 Allah (1 september 2019)
#1 rohani ( 13 juni 2019)
*Prolog* :
"Kamu bukan Cintaku, statusmu memang sebagai istri tetapi bukan pemilik hatiku "
-Frans Laksmana-
.
.
"Dari sini,aku semakin tak mengerti tentang takdir apa ya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Prolog
Kalau tidak salah, namanya adalah Lintang. Pria menyebalkan yang Ranjah kenal sekitar 3 tahun lalu? Atau 5 tahunan? Atau lebih lama dari itu?
Sudahlah, mari melupakan pertemuan pertama.
“Kak Lintang, kenapa pertemuan pertama cepat sekali dilupakan?” Bukan Ranjah namanya jika tak bertanya hal random.
“Serius menanyakan hal itu saat aku sibuk memeriksa hasil pekerjaaanmu? Ini taktik atau murni pertanyaan?”
Bukannya menjawab, Ranjah berlalu sambil tertawa kecil memberikan ruang untuk Lintang. Bisa dikatakan, Lintang adalah bosnya. Manager-nya di perusahaan ini, aneh kan?
“Romansa kalian itu terlalu mudah ditebak, kenapa engga nikah aja sih? Apa salahnya nikah sama duda. Toh lama Berumah tangganya hanya sebulan.”
Mata Ranjah sontak menatap Lintang didalam ruangannya, semenit kemudian berganti menatap rekan kerjanya.
Duda kaya Raya, semua orang mengatakan itu juga.
“Kenapa mencintai seseorang selalu berakhir dengan pembahasan pernikahan? Tidak bisakah kita fokus ke satu kata saja? Romansa. Tidak semua hubungan itu tujuannya menikah, 70% orang mencintai tujuannya sekedar mencintai saja.” Pikirnya, sembari duduk kembali di mejanya.
Kayla, memutar bola matanya malas. Ranjah itu ngambang! Kagak punya tujuan hidup sama sekali.
Bernapas saja, entah apa manfaatnya.
“Ssssttt, Lo yakin mau gini doang? Bukannya kalian baru bertemu lagi setelah pisah 3 tahun?”
Jari Ranjah mengambang di udara padahal sedikit lagi menyentuh huruf ‘D’. “Tau darimana soal itu?” Tanyanya, bukannya Itu rahasia ya? Atau hanya Ranjah yang menganggapnya rahasia.
Sedangkan nyatanya, semua orang sudah tau? Apa kedekatannya dengan Lintang terlalu jelas, jika mereka pernah TTS di masa lalu? Ais! Siapa yang ember?
