Minho menghela nafas berat setelah selesai dengan Lia yang kini sudah dalam keadaan jauh lebih buruk dari dugaannya. Ia pikir, waktu Lia akan bisa lebih lama namun ia lupa mempertimbangkan mengenai sahabatnya yang gila.
Di sebelahnya, pelayan senior yang membawa Lia ke rumah sakit bersama sang supir sudah menangis melihat kondisi gadis yang sudah seperti anak sendiri bagi para pekerja di mansion besar Donghae itu.
Gadis yang mereka sendiri ajari merangkak, berjalan hingga berlari dan membaca. Mereka ajari mengayuh sepeda dan menenangkannya saat setelah ia terjatuh dengan tangisan kencangnya.
Kini, gadis itu sudah tak bisa menunjukkan senyum yang selalu ia suguhkan setiap saat. Bahkan sebelum ia bisa melihat ibu kandungnya secara langsung.
Bibir yang dulu Semerah cerry lalu mulai memucat seiring berjalannya waktu kini sudah mengapit selang yang terhubung entah dimana akhirnya. Tubuhnya yang sudah tertempel alat yang hanya dokter tahu namanya, satu-satunya penanda kalau gadis itu masih bernafas meskipun mungkin hanya raganya saja yang tersiksa disana.
Minho mengeluarkan ponsel di sakunya lalu menelfon seseorang hingga panggilan video itu terhubung menampilkan wajah kaget dari seberang panggilan.
"Ada apa, Paman?" Tanya pria diseberang sana melihat wajah lelah pamannya itu.
"Lucas, perlihatkan layarnya pada Jennie..." Titah Minho yang membuat alis Lucas mengerut bingung.
"Ada apa Paman? Apa yang ingin kau bicarakan pada wanita ini?" Tanya Lucas sambil melirik pada seseorang yang tengah dipasung di dekatnya itu.
"Dia harus melihat putrinya. Aku khawatir ini akan menjadi yang pertama dan terakhir kalinya..." Ucap Minho yang membuat Lucas kaget. Ia hanya mengangguk pelan lalu mengarahkan layar ponselnya pada wanita yang tak lagi terlihat seperti manusia beradab itu.
"Jennie..."
Wanita itu mengangkat wajahnya setelah mendengar panggilan dari Minho. Senyum miringnya muncul mengenali pria diseberang seakan lupa pada kondisinya yang menyedihkan.
"Apa, Minho? Kau merindukanku?" Tanya Jennie dengan nada remehnya namun sama sekali tak memancing emosi Minho.
"Putrimu... Lihatlah sekali..."
Jennie mengerutkan alisnya namun wajahnya berubah kaget melihat gadis yang tertidur dengan berbagai peralatan medis di tubuhnya itu. Tanpa perlu dikatakan, ikatan sebagai seorang ibu, dia bisa langsung percaya kalau itu adalah putrinya. Putrinya dengan Donghae yang dipisahkan dengannya setelah pria itu mencoba membunuh bayinya saat kandungannya baru berusia 8 bulan namun gagal. Bayinya berhasil lahir dan tanpa pernah ia lihat wujudnya.
"Putriku..."
Matanya berkaca-kaca dan jantungnya berdetak kencang. Dalam pikirannya sudah banyak pertanyaan yang muncul. Apa yang terjadi pada putrinya? Kenapa dia bisa ada di kondisi seburuk itu? Apa Donghae juga menyiksa putrinya seperti menyiksa dirinya disini? Apa pria itu tak punya hati bahkan untuk darah dagingnya sendiri?
"Namanya Lia. Kim Julia, Jen. Usianya 18 tahun..."
"Kim..?"
Jennie tersenyum getir mendengar marganya lah yang disandang oleh sang putri.
"Apa sejijik itu dia padaku sampai tak mau memberikan marganya pada anak kami?" Tanya Jennie entah ditujukan pada siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me || End
FanfictionShort story'... Ia mungkin bukan tokoh yang terlibat di masalah utama, namun ia adalah korban pertama dari masalah yang ia sendiri tak tahu ceritanya. Berharap dengan pengorbanannya, semua masalah akan selesai dan semua orang kembali pada kebahagiaa...