Lia menghela nafas berat namun tetap dengan senyum tipisnya setelah membaca berita di internet. Mengabaikan Jeno yang tengah berselisih dengan dua pemuda lain yang tengah berebut untuk duduk di sisi lain sebelah Lia. Seperti bukan hal baru itu terjadi sehingga Jeno sudah selalu siap sedia di jam istirahat. Sahabatnya itu memang cantik dan manis. Itu kenapa sahabat gilanya yang lain jadi makin menggila hanya untuk mendapatkan perhatian Lia.
"Eh babi, Lo berdua duduk diseberang aja Napa?! Jun! Lo duduk disebelah Lia! Capek gue ngurus nih dua anak!" Ucap Jeno kesal yang tentu saja disetujui oleh Renjun hingga pemuda itu berpindah di sebelah Lia yang kosong.
"Lah, kok jadi Lo yang duduk disana, Jun?"
"Ah, elah...! Lo keberpihakan sama Renjun Mulu, Jen!" Keluh Haechan dan Jaemin.
"Bodo! Duduk sana! Keburu selesai jam istirahat!" Ucap Jeno jengah sembari melanjutkan makannya.
"Jen, selamat ya..."
"Hhhmmm? Selamat buat apaan?" Tanya Jeno bingung.
"Mama mu mau nikah lagi,kan? Kamu punya papa..." Ucap Lia yang membuat Jeno memutar bola mata malasnya.
"Ck...! Yang mau nikah tuh mamaku. Aku juga gak suka sebenernya dia nikah. Kamu tau sendiri kan Li, siapa calon suaminya? Om brengsek tambah anaknya yang sama kampretnya!" Ucap Jeno kesal yang malah ditertawai oleh tiga teman laki-lakinya.
"Nasib Lo, apes! Tapi calon papa Lo tajir, cuk!"
"Iya. Anaknya juga sama tajirnya. Yakin dah, kalau orang yang gak tau pasti mikir Lo beneran anaknya si Donghae. Muka Lo mirip anjir sama mereka..." Ucap Haechan yang makin membuat Jeno kesal.
"Gue gak butuh papa, ye! Delapan belas tahun gue idup cuma sama mama gue. Gak ada tuh gue kekurangan. Ya kan, Li?" Ucap Jeno sambil menyenggol bahu Lia. Sedangkan gadis itu sedikit tersentak karena zoneout sebentar lalu mengangguk pelan meskipun tak tahu apa yang tengah dibicarakan.
"Li...kamu yakin gak mau laporin keluarga mu ke polisi? Memar yang kemaren belum aja ilang udah ada memar lain..." Ucap Renjun sembari memperhatikan lengan dan wajah Lia. Meskipun sudah gadis itu berusaha tutupi dengan fondation, namun tetap saja terlihat bengkaknya sedikit.
"It's oke, Jun. Gimanapun kan mereka keluargaku..." Ucap Lia tersenyum yang sebenarnya bisa Renjun rasakan itu adalah topeng dari gadis itu. Senyum palsu penutup luka yang bahkan tak ada yang tahu bagaimana dan seperti apa rasanya.
"Capek gue Jun, ngomong cuma di senyumin mulu sama dia. Tapi kalau sampe gue ketemu sama keluarga Lo, Li. Gue gebukin mereka satu-satu!" Ucap Jeno yang hanya mendapatkan kekehan pelan dari Lia.
Gadis itupun kembali membaringkan kepalanya pada bahu Jeno dan memejamkan matanya. Bukan hal baru bagi tiga sahabat mereka yang lain. Lia memang sejak dulu dekat dengan Jeno. Bahkan mereka sempat mengira keduanya menjalin hubungan hingga Jaemin dan Haechan sedikit salah paham.
Namun setelah mendapat penjelasan, merekapun mengerti kalau dua sahabat itu seperti memiliki bonding tersendiri layaknya sepasang saudara kembar. Dan yang paling penting adalah, bagaimana Lia nampak sangat tenang berbaring di bahu Jeno ataupun saat mendapat senyuman dan pelukan dari pemuda itu. Lia nampak sangat bahagia seperti anak kecil yang dipeluk oleh saudaranya.
"Ssshhh...." Lia meringis mendadak membuat keempatnya kaget dan menoleh panik.
"Lia...?! Kenapa?!" Tanya Jeno cepat yang dijawab senyuman meringis oleh Lia.
"Aku ke WC bentar. Kebelet pipis mendadak...!" Ucap Lia yang langsung mengambil botol minumnya lalu bangkit berlari pergi membuat keempatnya menghela nafas heran.
"Tuh anak kalau kebelet keknya macem serangan jantung aja ye. Mendadak Mulu sampe kek sakit banget kayaknya kalau nahan..."
"Kencing batu kali..."
"Disuria, kali..."
"Hah? Apaan tuh?"
"Ih bego! Gitu aja gak tau. Itu yang pas pipis rasanya sakit perih gitu..."
"Perasaan dia minum airnya rajin. Kemana-mana bawa botol minum..."
"Iya...ke WC aja bawa minum kek tadi tuh..."
Semua tengah sibuk memikirkan asumsi masing-masing kecuali satu anak yaitu Renjun. Dia kembali menoleh ke arah pintu keluar kantin dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Aneh..."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me || End
FanfictionShort story'... Ia mungkin bukan tokoh yang terlibat di masalah utama, namun ia adalah korban pertama dari masalah yang ia sendiri tak tahu ceritanya. Berharap dengan pengorbanannya, semua masalah akan selesai dan semua orang kembali pada kebahagiaa...