1. Royal Party

180 6 0
                                    

Nyaringnya suara ayunan pedang kini beradu dengan suara tiupan angin yang menelusup di antara pepohonan. Langit yang telah berubah warna menjadi kemerahan itupun menjadi saksi dua insan yang sampai saat ini masih enggan untuk menghentikan kegiatan mereka. Keduanya dengan lihai memainkan pedang seolah mereka memang sengaja memamerkan kemampuan yang mereka miliki masing-masing.

Saat salah satu dari keduanya mengangkat satu tangan, aksi bertarung pedang itupun berhenti. Suara tepuk tangan sontak diberikan oleh seseorang yang tadi mengangkat tangan. Tentu aksinya itu diiringi dengan senyum bangga yang nampak diwajahnya.

"Bravo! Ini baru yang namanya adik kebanggaannya kakak," seru seseorang itu yang tak lain adalah Ren. Tak lupa Ren mengulurkan tangannya untuk menyelamati adiknya itu.

Uluran tangan dari Ren langsung disambut dengan hangat oleh Zyan-adiknya. Ada rasa bahagia dalam hatinya mendengar pujian dari kakaknya itu. Walau jauh di lubuk hatinya yang terdalam ia paham bahwa ia tak sehebat itu sampai bisa menjadi kebanggaan kakaknya.

"Udah mau malem, ayok pulang!" ucap Ren yang menyadari hari sebentar lagi akan malam.

Sejenak Zyan memandang langit dimana matahari mulai bergerak kembali ke peraduannya. Sebenarnya ia tidak ingin pulang. Ia selalu penasaran dengan suasana malam di luar terutama di hutan ini. Namun sampai saat ini takdir belum pernah membiarkannya menikmati suasana itu.

"Sekali ini aja kak, pengen ngerasain gimana malemnya di hutan," pinta Zyan sungguh-sungguh.

Ren yang mendengar permintaan Zyan itupun sontak mendengus. "Gak usah aneh-aneh. Kamu mau dihukum sama ayah? Lagian nanti malem di istana ada acara buat kamu juga," ucap Ren menasehati.

Zyan memutar bola matanya sebal. "Aku gak minta dibuatin acara juga," sanggahnya yang langsung mendapat tatapan horor dari Ren.

"Gak ada bantahan. Ayok pulang!" ucap Ren yang langsung melingkarkan tangannya di leher Zyan lalu menariknya dengan paksa. Tak ada pemberontakan dari Zyan karena kakaknya ini sangat menyeramkan jika ia sampai membantah.

***

Dengan langkah beriringan, Ren dan Zyan memasuki salah satu bangunan megah di Istana Zeolum. Kini tujuan mereka sama, yaitu sebuah ruangan yang ada di lantai dua dari bangunan yang mereka masuki tersebut. Terlihat para pelayan dan pekerja istana yang mereka temui di sepanjang jalan secara bergantian membungkuk hormat kepada keduanya. Suatu hal yang normal dilakukan kepada keluarga kerajaan.

Saat langkah Ren dan Zyan sampai di depan pintu ruangan tujuan mereka, Ren dengan cepat membuka pintu itu hingga tak sengaja membangunkan seseorang yang tadinya tengah tertidur dengan tenang. Pantas saja. Ren tidak mengetuk pintu terlebih dahulu dan langsung membukanya dengan sangat lebar.

Melihat siapa yang baru saja datang, membuat seseorang yang masih dengan wajah bantalnya itu segera duduk dengan punggung yang disandarkan di kepala ranjang. "Haisshh...udah masuk gak pakai ketuk pintu itu minimal tutup pintu kalau habis masuk!" sungut seseorang itu yang langsung menggerakan jarinya untuk menutup pintu.

Zyan hanya melenguh melihat aksi kakak keduanya itu. Sudah bertahun-tahun mereka hidup bersama tapi dirinya masih tetap merasa iri saat melihat kakak-kakaknya pamer kekuatan yang mereka miliki. Tentu saja ia iri, karena hanya dirinya sendiri lah yang tidak memiliki kekuatan apapun. Kadang ia sempat berpikir jika dirinya dilahirkan hanya untuk mengagumi kekuatan yang dimiliki kakaknya. Julian dengan kekuatan telekinesisnya dan Ren dengan kekuatan ...

"Pinter manah sama tarung pakai pedang juga kekuatan dek," ucap Ren setelah mendudukan dirinya di kursi dekat jendela.

Ah sial. Zyan merutuki dirinya sendiri yang tak sengaja bersitatap dengan mata Ren. Tentu saja kakak pertamanya itu akan dengan mudah membaca pikirannya dengan kekuatan telepati yang dimilikinya.

All About MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang