Entah sudah berapa kali Tristan menolehkan kepala. Ia tidak bisa untuk tidak menunjukkan rasa cemasnya saat ini. Bahkan wajahnya kini telah banjir keringat dingin. Lain halnya dengan dua orang yang tengah berjalan di depannya. Shion dan Zyan tampak tenang berjalan menaiki anak tangga menuju lantai paling atas di bangunan Zeostone Academy. Padahal mereka saat ini tengah membolos jam pelajaran pertama di kelas.
Saat langkah mereka sampai di lantai paling atas di bangunan Zeostone Academy, Tristan kembali mencoba meyakinkan kedua pangeran itu untuk kembali ke kelas. Namun hasilnya tetaplah nihil. Dirinya bahkan tidak digubris sama sekali. Zyan dan Shion justru sibuk menikmati hembusan angin yang cukup kencang di sana.
"Kemarilah! Berdiri di sini! Aku akan mengajarimu terbang," ucap Zyan tiba-tiba.
Shion dan Tristan pun dibuat terkejut olehnya. Keduanya sama-sama terkejut karena ternyata alasan Zyan mengajak mereka membolos adalah untuk memberikan kelas terbang. Tentu saja yang dimaksud Zyan adalah Shion karena diantara mereka bertiga hanya Shion lah yang tidak bisa terbang.
Kemudian Shion mulai melangkah ragu mendekati Zyan yang kini telah berdiri di tepian lantai atas ini. Sementara Tristan hanya memerhatikan apa yang akan dilakukan oleh kedua pangeran itu dari jarak jauh. Ia akan sembari berjaga-jaga jika saja ada guru-guru Zeostone Academy yang memergoki mereka.
"Kau yakin akan mengajariku? Maksudnya, kenapa tiba-tiba ingin mengajariku terbang?" tanya Shion yang masih ragu dengan ide Zyan ini.
Zyan mendecakkan lidahnya sembari berkacak pinggang. "Kamu gak mau Marsen malu lagi kan. Aku mungkin gak bisa bantu soal munculin kekuatan. Tapi aku bisa bantu kalau untuk urusan terbang," tutur Zyan mencoba menjelaskan alasannya ingin mengajari Shion terbang.
Sejenak Shion melihat pemandangan bawah yang sanggup membuat dirinya bergidik. Ia pun meneguk salivanya sebelum kembali membuka suara. "T-tapi bagaimana caranya?" tanya Shion dengan nada bergetar.
"Terjun ke bawah,"
"Aa-ap-apa??!! Kau gila?!! Kamu mau aku mati?" protes Shion dengan matanya yang menatap Zyan dengan tatapan tak habis pikir.
"Haish! Tenang aja. Kamu gak akan aku biarin mati. Dulu aku juga seperti ini saat belajar terbang. Bahkan saat itu kakak keduaku mendorongku begitu saja tanpa aba-aba," ucap Zyan mencoba menenangkan Shion.
Meski Shion mulai percaya jika Zyan tidak akan membiarkannya mati, tapi jujur dirinya masih tidak yakin jika idenya Zyan ini akan berhasil. Lalu dengan perlahan Shion mulai memperlihatkan sayap milikinya. Sayap berwarna putih dengan ukuran lebih kecil dari ukuran sayap yang dimiliki orang pada umumnya. Sungguh Shion sangat malu memperlihatkan sayap miliknya itu. Ada rasa takut dalam hatinya jika saja Zyan dan Tristan akan menertawainya. Namun semua itu hanyalah bayangannya, karena saat ini kedua temannya itu justru memberikannya senyuman yang membuat dirinya yakin.
"Sekarang?" tanya Shion yang dibalas Zyan dengan anggukan kecil.
Walaupun masih dengan takut-takut, Shion mulai melangkahkan kakinya untuk terjun ke bawah. Ia pun memejamkan matanya erat, berusaha untuk menetralisir rasa takut.
Wush...
Pada akhirnya Shion berhasil menjatuhkan dirinya. Sementara di lantai atas, Zyan mengamati tubuh Shion yang saat ini masih terus bergerak cepat ke bawah. Entah mengapa keyakinan Zyan seketika runtuh saat menyadari sayap milik Shion hanya diam seolah sayap itu hanyalah pajangan. Padahal saat ini sang pemilik sayap sudah hampir melewati setengah tinggi bangunan.
Tanpa ragu lagi Zyan langsung menjatuhkan dirinya. Sayap putih miliknya mulai terbentang dan membawanya dengan cepat menyusul tubuh Shion yang kali ini masih setia bergerak ke bawah. Sementara itu, Tristan yang melihat aksi Zyan ikut menjatuhkan diri ke bawah langsung meyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Ia pun segera berlari ke tepian untuk melihat apa yang sedang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Miracle
FantasiZyan tidak pernah mengerti dan tidak pernah mau mengerti seperti apa sebenarnya genre hidupnya. Ia hanya ingin menjalani hidup dengan tenang tanpa mengkhawatirkan apapun. Tapi lagi-lagi kenyataan menyadarkannya bahwa bukan hidup namanya kalau tidak...