4. Story and News

78 3 0
                                    

Menjadi siswa tingkat akhir di Zeostone Academy adalah suatu berkah bagi Julian. Ia tidak lagi diharuskan mengikuti kelas setiap hari layaknya siswa tingkat satu dan dua. Hal ini karena pada dasarnya, siswa tingkat tiga di Zestone Academy dianggap telah memiliki pengetahuan yang cukup terkait materi yang diajarkan di kelas. Mereka diberikan keleluasaan melatih kekuatan mereka secara mandiri dalam rangka mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian akhir yang menentukan kelulusan.

Jika normalnya siswa tingkat akhir Zeostone Academy akan memanfaatkan waktu bebas yang mereka miliki dengan terus berlatih, maka Julian berbeda. Ia lebih memilih memanfaatkan waktu bebasnya untuk membaca buku di perpustakaan Istana Zeolum. Sama halnya dengan yang dilakukan Julian sekarang. Saat ini dirinya sedang membaca buku dengan tenangnya di perpustakaan. Kali ini dirinya tidak sendiri karena ada Keivan yang merupakan anak perdana menteri kerajaan Zeolum yang menemaninya.

Bugh...

Kesabaran Julian sepertinya tengah diuji saat bola yang daritadi dimainkan Keivan mengenai kepalanya. Namun Julian tetaplah Julian yangmana seperti yang pernah dikatakan Zyan bahwa Julian memang bersumbu pendek.

"Keivan! Kalau di sini cuma mau ganggu mending pergi sana," usir Julian dengan wajah kesalnya.

Sementara yang sedang diusir pun hanya terkekeh mendengarnya. "Maaf, Bro. Gak sengaja," tutur Keivan yang mencoba meredakan amarah Julian yang meluap.

Setelah mengambil bolanya yang jatuh, Keivan pun kembali memainkannya dengan cara melemparkannya ke udara kemudian menangkapnya. Kali ini ia memainkannya sembari duduk di meja, padahal masih ada satu kursi kosong yang tersedia di sana.

"O iya aku inget kalau belum cerita," celetuk Keivan tiba-tiba.

Bugh...

Sebuah buku berukuran tebal seketika terbang lalu menghantam mulut Keivan yang baru saja akan melanjutkan ceritanya. "Tutup mulutmu!" sungut Julian yang tidak berminat mendengarkan cerita dari Keivan.

"Haish! percaya deh kali ini bukan cerita hantu lagi," ucap Keivan mencoba membujuk Julian agar mau mendengar ceritanya.

Suatu hal yang wajar jika Julian selalu was-was saat Keivan mulai bercerita. Pasalnya Keivan memiliki kemampuan untuk melihat hantu dan Keivan adalah tipe yang suka memamerkan kemampuannya itu dengan cara menceritakan semua yang dilihatnya. Sementara di sisi lain Julian tidak menyangkal bahwa untuk urusan hantu dirinya memang penakut.

Keivan yang mulai merasa tak ada protesan lagi dari Julian pun kembali melanjutkan sesi berceritanya. "Kemarin aku pergi ke Hustone buat ketemu Seina," ucap Keivan yang langsung membuat Julian mendengus.

"Cukup ceritanya! Aku lagi gak minat dengerin cerita cinta kalian," ucap Julian lalu mulai memfokuskan diri untuk membaca buku lagi.

Dengan cepat Keivan menarik buku yang dipegang Julian. "Dengerin dulu heh! Ini bukan soal cerita cinta," tutur Keivan kesal karena lagi-lagi ceritanya harus dipotong oleh Julian.

"Jadi kemarin aku ke Hustone. Niatnya emang mau ketemu sama Seina. Makanya aku mampir dulu ke toko perhiasan buat beli hadiah. Tapi pas di toko aku ga sengaja denger pembicaraan beberapa rakyat Hustone. Katanya enam tahun yang lalu sempet heboh berita kematian seorang perempuan di Hustone yang tiba-tiba. Dulunya semua orang ngira perempuan itu mati karena sakit. Lebih tepatnya karena pihak keluarga yang mengaku kalau sebelumnya si perempuan ini memang memiliki penyakit. Dan coba tebak!"

Keivan mendecakkan lidahnya sebal karena melihat Julian yang hanya menatapnya datar seolah tak berminat menjawab tebak-tebakan darinya. "Baru-baru ini ada yang ngaku kalau dirinya lihat dengan mata kepalanya sendiri perempuan itu mati karena gantung diri," sambung Keivan dengan menekankan setiap kata. "tapi yang paling mengejutkan. Orang yang ngaku lihat ini tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi setelah memberikan pengakuannya. Aneh banget kan," tambah Keivan yang masih belum berhasil menarik minat Julian.

All About MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang