19. Memories

94 4 0
                                    

Ren hampir menyerah mengajari Zyan tentang etika kerajaan. Pantas saja guru etika kerajaan sampai mengundurkan diri setelah mengajari adik kecilnya itu. Ia sendiri saja sudah lelah. Padahal ia baru sebentar menggantikan tugas guru etika kerajaan yang mengundurkan diri itu. Bagaimana tidak lelah. Lihat saja sekarang. Adiknya itu sangat bebal ketika ia mengajarinya cara makan dan minum dengan benar.

"Kamu itu pangeran atau manusia purba si, dek" marah Ren karena melihat Zyan yang lebih memilih makan dengan tangannya daripada menggunakan sendok dan garpu.

Ren benar-benar tidak habis pikir dengan adiknya itu. Di usianya yang sudah menginjak delapan tahun, adiknya itu masih belum menguasai etika dasar seperti cara makan dan minum dengan benar. Sangat berbeda dengan dirinya sendiri yang sudah menguasai banyak etika kerajaan saat dirinya masih berumur tujuh tahun. Sama halnya dengan Julian. Adik pertamanya itu justru lulus ujian etika kerajaan di usia yang lebih dulu darinya.

Setelah menghela nafasnya kasar, Ren pun mulai mencontohkan bagaimana cara makan yang benar. Pertama-tama Ren memotong daging dengan sebuah pisau. Lalu Ren menggunakan garpu untuk menusuk daging yang telah terpotong menjadi kecil itu. Selanjutnya Ren langsung memasukkan daging itu ke dalam mulutnya. Sangat sederhana memang. Tapi tidak bagi Zyan yang lebih menyukai hal yang praktis.

"Lihat! Sangat mudah bukan," ucap Ren setelah menelan daging yang tadi dimasukkannya.

Zyan yang daritadi memperhatikan bagaimana cara Ren makan pun mendecih. "Merepotkan," keluh Zyan singkat sembari mengerucutkan bibirnya.

Kemudian kedua tangan Zyan bergerak mengambil pisau dan garpu yang ada di depannya. Ren tersenyum melihat pergerakan dari adiknya itu. Ia senang karena adiknya langsung menurut padanya. Mungkin jika guru etika kerajaan yang ada di posisinya kini, adiknya itu tidak akan menurut dan malah terus berkomentar panjang lebar.

"Aish! Bukan gitu cara megang garpunya, Zyan" marah Ren pada Zyan yang malah menggenggam garpu seolah ingin melampiaskan dendam pada daging di piringnya.

"Beg* emang," celetuk Julian yang kesal melihat kebebalan adiknya itu. Sementara Zyan yang tidak terima dengan hinaan dari Julian itu pun langsung mengarahkan pisaunya pada Julian.

"ZYAN!" bentak Ren yang langsung membuat Zyan meletakkan pisau dan garpunya dengan kasar di atas meja.

"Auk ah, mending gak usah makan seumur hidup daripada mau makan aja harus seribet ini," gerutu Zyan yang kemudian menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

Julian memutar bola matanya malas. "Ya udah ga usah makan. Biarin aja tuh badan kurus kering kerontang," omel Julian.

"Julian," bisik Ren yang bergegas meraih lengan Julian. Ia mencoba membuat adik pertamanya itu berhenti memancing emosi Zyan. Kemudian Ren kembali menghela nafasnya kasar. Sepertinya ia memang harus menambah stock kesabarannya.

"Belajar pelan-pelan aja. Lagian kan sekarang yang ngajarin kakak. Jadi kamu lebih punya banyak waktu buat belajar ini," tutur Ren membujuk adiknya itu. "sekarang coba tiruin apa yang kakak contohin tadi," titah Ren setelahnya.

Zyan terlihat menimang-nimang sebelum dirinya membuka suara. "Nanti dulu ah. Aku haus. Mau minum," ucap Zyan yang langsung meraih cangkir di meja dengan kedua tangannya.

Sementara Ren yang melihat aksi Zyan itu pun hanya bisa mendengus. Jujur Ren ingin mengomentari cara memegang cangkir adiknya itu yang sangat tidak mencerminkan etika seorang pangeran. Namun belum sempat Ren membuka suara, Zyan lebih dulu meraih cangkir dan langsung meneguknya.

Hmpwrushwushhhh

Ren tercengang seketika di tempatnya. Pemandangan di depannya saat ini benar-benar membuat dirinya tak berkutik. Bahkan mulutnya sedikit terbuka karena tidak habis pikir dengan kejadian yang baru saja terjadi. Zyan menyemburkan teh yang diminumnya tepat di wajah Julian.

All About MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang