Ren melangkahkan kakinya malas saat menyusuri lorong bangunan Zeostone Academy. Jarak antara ruang kelas dan ruang makan yang sebenarnya cukup dekat saja entah mengapa terasa jauh. Nafsu makannya benar-benar hilang setelah mengikuti kelas hari ini yang memang membuat kepalanya serasa mau pecah. Karena itulah, ia sempat berniat untuk melewatkan makan siang. Tapi dirinya sendiri bingung akan pergi kemana jika ia sampai melewatkan makan siang.
"Pangeran!"
Panggilan dari suara yang sangat familiar itu seketika menghentikan langkah Ren. Sesuai dugaan, matanya langsung menemukan sosok Enid yang kini tengah berlari mendekatinya. Perempuan berambut ungu itu memang selalu antusias saat bertemu dengannya. Bukan tanpa alasan, Ren tahu pasti jika Enid memiliki perasaan padanya. Tentu saja Ren mengetahui hal itu karena dirinya yang selalu membaca pikiran Enid.
"Mau ke ruang makan?" tanya Enid sesaat setelah dirinya menghentikan langkah di dekat Ren.
Ren mengangguk menanggapi pertanyaan dari Enid. Namun Ren yang tidak yakin dengan jawabannya itu sontak menggeleng. Tentu saja hal itu membuat kening Enid berkerut, tapi tak lama kemudian tawa Enid pun pecah.
"Jadi? Mau ke ruang makan atau engga ni?" tanya Enid kembali memastikan.
Ren menghela nafasnya kasar. "Entahlah. Kelas hari ini sangat menyebalkan. Nafsu makanku saja sampai hilang. Tapi aku sendiri bingung mau kemana kalau ga ke ruang makan," tutur Ren menjelaskan jawaban ambigunya tadi.
Enid tersenyum mendengar penjelasan dari Ren itu. Ia seolah mendapatkan kesempatan emas saat mengetahui kondisi Ren saat ini. Tanpa ragu lagi dirinya langsung meraih tangan Ren dan mulai menariknya. Namun Ren yang masih bergeming di tempatnya pun membuat Enid berbalik. Sejenak Enid menatap mata Ren, sengaja agar Ren bisa membaca pikirannya. Setelah itu, Enid mulai kembali menarik tangan Ren. Kali ini tak ada penolakan dari Ren seperti sebelumnya.
Kandang kuda milik Zeostone Academy lah yang menjadi tempat Enid dan Ren menghentikan langkah mereka. Setelah melepaskan tautan tangannya dari Ren, Enid bergegas mendekati seekor kuda putih yang ada di kandang itu. Tangannya dengan cekatan melepaskan tali ikatan kuda pada tiang lalu mulai menggiring kuda putih itu keluar dari kandang.
"Kau yakin dengan rencanamu ini?" tanya Ren memastikan kembali rencana yang telah dibuat Enid.
Enid pun mengangguk mantap. "Tentu saja. Masih banyak waktu sebelum bel jam berikutnya. Jadi tak ada salahnya jika kita pergi keluar," tutur Enid sembari tersenyum. Tangannya lalu mengelus kuda putih yang akan membawa mereka keluar dari lingkungan sekolah.
Setelah meyakinkan dirinya, Ren langsung menaiki kuda yang tadi dibawa Enid keluar. Tangannya terulur pada Enid sesaat setelah dirinya naik ke atas kuda. Enid pun tersenyum senang melihat aksi Ren itu. Ia langsung saja menyambut uluran tangan Ren dan memposisikan dirinya duduk di belakang Ren. Kemudian keduanya pun melaju menuju ke tempat yang telah direncanakan oleh Enid tadi. Sebuah air terjun di hutan yang tak jauh dari Zeostone Academy.
"Tadaaaaa!!!!" seru Enid setelah dirinya dan Ren sampai di tempat tujuan.
Ren mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru tempat ini. Ren akui jika Enid memang pintar memilih tempat untuk bersenang-senang. Air terjun ini sungguh indah dan menyejukkan. Airnya begitu bening. Kombinasi antara hembusan angin dan deru air terjun pun benar-benar mampu meredakkan panas di otaknya setelah mengikuti kelas hari ini.
Saat ini tampak Enid yang mulai berjalan memasuki air. Perempuan itu seolah tidak peduli jika aksinya itu akan membuat pakaiannya basah. Tapi memang begitulah Enid. Dirinya lebih senang melakukan hal-hal yang sesuai dengan kata hatinya, bahkan jika yang ia lakukan itu bisa membuatnya dalam masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Miracle
FantasíaZyan tidak pernah mengerti dan tidak pernah mau mengerti seperti apa sebenarnya genre hidupnya. Ia hanya ingin menjalani hidup dengan tenang tanpa mengkhawatirkan apapun. Tapi lagi-lagi kenyataan menyadarkannya bahwa bukan hidup namanya kalau tidak...