07. Secuil Kisah Masa Remaja Bapak

210 120 29
                                        

Bila ada typo, tolong tandai.
HAPPY READING!

– Illa Wardoyo –





















Di sepanjang lorong kelas, terdapat salah satu siswa yang tengah dikerumuni oleh para gadis cantik. Gadis-gadis itu pun rela berdesak-desakan untuk sekadar mendapatkan tanda tangan dari siswa tersebut.

Ada yang berteriak histeris karena tidak sanggup memandangi ketampanan siswa itu. Yang menjadi bahan rebutan hanya tersenyum bangga. Terbukti bahwa ketampanannya itu membuat semua orang mengaguminya.

Nikmat mana yang kau dustakan? batinnya.

Didampingi oleh kedua temannya, siswa bernama Danu yang menjadi pusat perhatian memberikan tanda tangan pada gadis-gadis. "Yang mau tanda tangan dari Danu harus berbaris rapi!" perintah keluar dari salah temannya yang bernama Cahyo.

Gadis-gadis itu dengan sigap berbaris. Bisa dilihat bahwa barisan itu sangat panjang. Membuat Cahyo menggeleng-gelengkan kepalanya. "Danu penggemarnya banyak juga, ya."

"Iya. Aku sampai kewalahan menjaga Danu setiap saat. Tidak tanggung-tanggung, Danu penggemarnya sampai satu sekolah," ujar Hendra panjang lebar. Ia tidak berbohong. Cahyo dan Hendra bertugas untuk menjaga Danu ketika di sekolah. Karena Danu ini punya penggemar yang "brutal".

Pernah sewaktu Danu berjalan sendirian di lorong kelas. Gadis-gadis itu membuntutinya. Menggigit jarinya karena menahan gemas. Lalu dari arah yang berlawanan, ada sekumpulan gadis yang lain. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Salah satu dari sekumpulan gadis itu berlari ke arah Danu dan mencubit pipi Danu dengan keras. Saking gemasnya.

Sontak gadis-gadis yang lain berteriak heboh. Danu yang pipinya dicubit membelalakkan mata. Lalu dengan segera melepaskan tangan sang gadis dengan dari pipinya. "Kamu ini apa-apaan?! Aku tahu kalau kamu suka sama aku. Tapi, aku minta tolong untuk jaga batasan kamu," ujar Danu penuh dengan penekanan. Membuat gadis itu beringsut mundur.

"Danu? Kenapa?" Cahyo dan Hendra menghampiri Danu yang terlihat kesal. Hendra menatap gadis yang berada tidak jauh dari mereka tengah menundukkan kepala. Matanya juga tidak sengaja melihat sekumpulan gadis juga menunduk. Sekarang ia paham kenapa Danu terlihat kesal.

Menepuk pundak Cahyo dengan pelan. Cahyo menoleh dengan raut wajah penuh tanda tanya. Hendra menunjuk gadis-gadis itu dengan dagunya. Mengangguk paham dan membisikkan sesuatu pada Danu. "Danu, lebih baik kita pergi dari sini,"

"Dan untuk kalian semua. Kalian kembalilah ke ruang kelas masing-masing." Gadis-gadis itu berhamburan dan dengan segera kembali ke ruang kelasnya masing-masing.

***

Karina terbahak-bahak karena cerita dari Danu. Sehabis salat Isya, Karina memintanya untuk menceritakan sedikit kisah masa remaja Danu. Bahkan dari awal sampai akhir ketika Danu bercerita. Karina tidak henti-hentinya tertawa. Menurutnya masa remaja sang Ayah begitu menyenangkan. Apalagi ketika bagian Danu dikerumuni banyak gadis.

"Aduh, Pak. Itu sudah resiko menjadi orang yang paling tampan di sekolah. Makanya, kalau jadi orang itu jangan terlalu tampan, Pak," goda Karina pada Danu.

Raut wajah masam, Danu tunjukkan. Kejadian itu adalah hal yang paling ia benci semasa remaja. Sekarang putrinya juga ikut menggodanya. "Bapak sedikit menyesal menceritakan masa remaja pada kamu."

Peluk Aku, ya, Pak?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang