“Selamat atas kelulusannya, Anak-anak!”Kalimat itu menjadi penutup dari pidato panjang yang disampaikan oleh ibu kepala sekolah. Hari ini adalah hari kelulusan bagi murid kelas 3 SMP. Anak-anak dengan seragam putih biru, bertepuk tangan meriah di lapangan sekolah.
Beberapa bersorak ria mengekspresikan perasaan senang karena baru saja lulus. Kemudian, semua murid kelas 3 dipersilakan untuk bubar dan langsung pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, hampir semua anak telah membuat rencana masing-masing sepulang sekolah untuk merayakan kelulusannya.
Setelah dibubarkan, pada sore itu, seorang anak yang bernama Gin Daichi berjalan ke arah yang berlawanan dengan anak-anak lainnya. Ia teringat meninggalkan sesuatu di laci meja kelasnya. Ia masuk dan memeriksa laci meja tersebut. Ternyata, ponselnya yang tertinggal di dalam kelas.
Gin mengecek notifikasi chat di layar ponselnya. Terlihat chat dari seorang teman baiknya yang bernama Kenji Akira.
“Gin… kami tunggu di depan pagar sekolah. Cepat, ya!” ucapnya di chat.
“Duluan aja, Ken. Nanti keburu penuh. Booking saja satu server untukku di sebelahmu,” balas Gin.
“Gak, cepat aja kamu ke sini!”
Gin sungguh mengerti bahwa temannya yang satu ini, tidak akan mudah merubah keputusan yang telah dibuatnya. Dengan perasaan jengkel, Gin berlari ke depan pintu gerbang sekolah.
Setibanya di pintu gerbang, terlihat ada dua teman lain bersama dengan Kenji. Mereka menunggu kedatangan Gin. Kenji berdiri di tengah, paling pendek, namun dengan karisma lebih kuat dari dua teman lainnya.
“Habis ngapain Gin?” tanya Kenji.
“Tadi HP-ku ketinggalan di kelas,” jawab Gin.
“Kamu harusnya lebih hati-hati, Gin. Apalagi itu barang penting, ‘kan?” sanggah seseorang di samping kiri Kenji yang bernama Robin Henry.
“Iya, Rob. Aku kelupaan tadi,” tanggap Gin.
“Ya sudah. Karena kau terlambat, sekarang push-up sepuluh kali,” ucap seseorang dengan mimik serius yang berdiri di samping kanan Ken. Dia bernama Edward Brown. Dia yang paling tinggi di sekolah.
Gin dengan perasaan tidak enak karena telah membuat teman-temannya menunggu, mengatur gerakan ke bawah bersiap untuk melakukan push-up. Lalu seketika itu, Edward menahan tubuh Gin dan berkata, “Canda, Bro.” Edward berucap begitu walau masih dengan mimik wajah seriusnya.
“Ya sudah, ayo langsung aja berangkat!” seru Kenji yang diikuti oleh Robin.
“Lah … jalan ke warnet ‘kan bukan ke arah sana, Ken,” ucap Gin heran.
“Kita akan ke pantai untuk hari kelulusan ini,” jawab Kenji dengan logat kerennya. Dan mereka pun berangkat ke pantai.
Sayang seribu sayang, saat tiba di pantai, di sepanjang jalan telah dipenuhi oleh petugas satpol PP yang sedang berpatroli. Terlihat, beberapa yang merokok dan coret-coret baju diamankan oleh petugas. Yang lainnya, diusir baik-baik untuk pulang ke rumah masing-masing karena masih menggunakan pakaian seragam sekolah.
“Baiklah Teman-temanku sekalian. Bagaimana kalau kita rayakana saja besok. Tentu saja kita jadi lebih banyak waktu untuk menghabiskan waktu bersama. Besok jam 8 pagi ontime ya, everyone?” usul Kenji yang kemudian disetujui oleh yang lainnya.
***
“Apa kalian bersenang-senang tanpaku di pantai tadi, Teman-teman?” tanya satu teman lagi yang sering berkumpul dengan Gin dan kawan-kawan. Dia bernama Alex Boyd. Alex membuka obrolan pada malam di hari kelulusan itu, pada chat grup whatsup.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Green Of Fires
FantasySuatu hari, Gin dan kawan-kawan pergi mengendap merayakan hari kelulusan tamat SMP, bersama teman-temannya di suatu pantai. Situasi saat itu, semua orang tidak boleh keluar rumah seharian, termasuk petugas keamanan. Di pantai, tiba-tiba ada satu me...