SA - BAB 6 : Pop Ice

645 111 12
                                    

___

2017

"Gak mau masuk lagi, Nda?" tanya Diba.

Wanda bimbang, "Menurut lo gimana, Dib?"

"Ya terserah elu sih, masih mau jadi item gara-gara latihan paski atau gimana."

Wanda menggigit bibir dalamnya, di satu sisi ia ingin merasakan lagi keletihan dan keseruan latihan paskibra, walau tingginya rata-rata ia pernah jadi anggota paskibra tahun lalu (2016), walau pasukan 45 hampir barisan paling belakang, Wanda tidak merasa kecil, ia malah bangga. Banyak yang ia dapat dari paski- dulu, pengalaman, hukuman, candaan dari pelatih TNI-nya dulu, bahkan.. ia menjadi pengagum rahasia KMH dulu gara-gara ikut paskibra, Syahrul menjadi Komandan Platon atau Danton, lelaki itu membuatnya jatuh cinta karena memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi untuk Indonesia.

Amar diam-diam mendengar percakapan Diba dan Wanda, "Pak. Saya mau."

Anggota TNI yang masuk dalam kelasnya langsung mencatat nama Amar.

Wanda menggigit bibirnya, nilai minus yang ia dapatkan dari ikut paskibra adalah, izinnya banyak karena mereka latihan satu bulan full, membuat nilainya anjlok.

"Gak deh.. nilai gue nanti anjlok lagi. Kita udah kelas sebelas."

"Yaudah, nanti kita ikut drumband aja, supaya ada kegiatan pas Agustusan."

Wanda mengangguk setuju, ia menoleh ke depan dan menatap iri kepada teman-teman paskibranya tahun lalu yang ikut kembali, ada Risal S, Asmal, Andhana. Wanda sedikit mengernyit melihat Amar juga ikut keluar untuk di tes.

Amar tertarik menjadi pasukan pengibar bendera?

Hal yang baru ia ketahui.

___

"Sumpah panas banget matahari," Diba duduk di samping Wanda dengan air minum di tangannya.

"Hooh, mana Bu Ani genjar banget ngelatihnya tadi," keluh Wanda, mereka saat ini latihan drumband untuk persembahan nanti di penghujung upacara 17 Agustus nanti.

"Latihannya sampai sini dulu ya, Ibu di panggil Bapak Kepsek."

Semuanya mengangguk berdiri dan berdoa, Diba dan Wanda pun kembali menyimpan peralatan drumband. Wanda dan Diba sepakat untuk keliling ke lapangan yang mengadakan Perkemahan, keduanya mencari minuman yang segar sekalian nyicip liat adik-adik Pramuka.

"Mau rasa apa, Nda?" tanya Diba saat keduanya sudah sampai di tempat penjual pop ice.

"Cokelat," balas Wanda yang terpukau dengan kerajinan tangan anak Pramuka dari salah satu SD, dimana tongkat-tongkat Pramuka mereka susun sedemikian rupa menjadikannya seperti tugu. Keren banget.

"Oi, Dib!"

"Wohooo, siapa, neh?? Makin item aja lo ikut paski." ucapan Diba membuat Wanda menoleh dan menyadari ada Amar yang berlari ke arah mereka.

Rasanya sudah lama sekali tidak melihat Amar yang sibuk latihan paski sampai izin 1 bulan full.

"Haha makin item, ya?"

Diba mengangguk, "Lo putih jadi keliatan perbedaannya."

"Hai..." sapa Wanda, barangkali Amar tidak menyadarinya.

"Oh, hai.." balas Amar, lelaki itu menghadap pada Diba lagi, "Lagi sibuk apa?"

"Drumband."

"Widih, keren tuh. Nanti tampil juga?"

"Iya."

Oke, Wanda mulai merasa terabaikan.

"Emm, Amar. Lo ikut baris berapa?" tanya Wanda berusaha gabung dalam obrolan Diba dan Amar.

Secret Admirer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang