SA - BAB 5 : Pulpen

654 109 15
                                    

___

2017

Wanda mengira minggu pertama ajaran baru akan belum aktif belajar, tapi ternyata ia salah, tepat ketika ia baru duduk berapa menit di bangku barunya, guru biologi sudah memasuki kelasnya.

"Idh Faradiba Wahda?"

Diba mengangkat tangannya, "Hadir, Bu."

"Ikhsan Amar?"

Wanda seketika menoleh ke samping.

"Hadir, Bu." ucap Amar.

Wanda sudah tau nama lengkap Amar karena Facebook lelaki itu menggunakan nama lengkapnya.

Nomor absen sebelas.

Wanda melamun hingga tak sadar namanya sudah di sebut, Diba dengan sigap menegurnya.

"Saya, Bu." ucap Wanda.

Wanda mengeluarkan bukunya dan kotak pensilnya, untung saja ia membawa buku kosong, ayolah.. bahkan roster, baru ia ketahui kemarin.

Colekan dari bahu sebelah kanan Wanda membuat perempuan itu menoleh, menatap Amar; sang pelaku.

"Ada, pulpen?" tanya Amar.

Wanda mengangguk, mengotak atik kotak pensilnya, "Ini..." Wanda menyodorkan pulpen snowman harga dua ribu.

"Minta, ya?" kata Amar sambil menjulurkan tangannya mengambil pulpen Wanda.

Wanda mengernyit, bukannya harusnya pinjam? kenapa malah minta???

Amar menoleh kembali ke arah Wanda saat menyadari Wanda menatapnya aneh.

"Maksud gue.., minta tinta yang bakal gue pake nanti, soalnya kalau pinjem, gue gak bisa ngembaliin tinta yang udah gue pake. Nanti pulpennya gue balikin."

Wanda menatap Amar lama, pemikiran yang sulit, tapi bisa di terima. "Oh iya..." balasnya lalu kembali menghadap papan tulis.

Wanda fokus mencatat dengan sesekali ekor matanya melirik Amar, jujur saja kepalanya terasa berat hanya untuk menoleh ke kanan.

"Dib.." panggil Wanda.

"Iya?"

"Amar sama Nanda udah putus?" tanya Wanda, berusaha senatural mungkin.

"Gak tau, tanya orangnya samping lo, noh."

Wanda mencebikkan bibirnya, melirik Amar sekali lagi. Jujur saja, ia sudah jarang melihat Amar dan Nanda pacaran, baik di depan kelasnya ataupun di depan kelas Nanda. Oh, iya? Nanda kelas berapa, ya sekarang?

"Dib. Lo tau Nanda kelas berapa?"

"Kepo banget sih sama Nanda? naksir lo?" ucap Diba.

BUGH.

Tepukan Wanda pada Diba membuat mereka menjadi pusat perhatian akibat suara tepukan Wanda yang terlalu nyaring.

"Sakit, bego." ringis Diba.

Wanda menutup wajahnya dengan buku, ia harus mengurangi tenaganya dalam menepuk seseorang.

"Jadi..? lo gak tau?" tanya Wanda sekali lagi, ia benar-benar penasaran.

Diba menghela nafas, "Kenapasih, emang? mau tau apaan lo?" Tanya Diba tepat sasaran. Diba terlalu peka, bahaya.

"E-enggak.. pengen tau aja."

"Mending lo nulis."

Wanda mencibir, menegakkan kepalanya, fokus menatap papan tulis lagi.

Wanda merasakan colekan dari belakang membuat perempuan itu menoleh, untuk melihat siapa pelakunya.

Secret Admirer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang