SA - BAB 15 : Tempat Duduk

607 107 37
                                    

2017

Amar melakukan observasi selama satu semester ini, Amar menyimpulkan kalau Wanda dan Diba menyukai kakak kelas dua belas, dapat Amar lihat dari Facebook keduanya yang selalu buat status KMH, KMB— yang ia tidak tahu apa kepanjangannya.

Ivan—teman Wawan anak kelas sepuluh lima yang menjadi narasumber wawancara nya, kata Fahmi Wanda di dapatkan oleh Syahrul-Syahrul itu kalau Wanda sedang mengaguminya, Amar tertawa terbahak-bahak saat mengetahui Wanda langsung di tolak bahkan sebelum berjuang, tapi ia sangat amat berterima kasih pada Syahrul itu, bisa gawat kalau lelaki itu memacari Wanda. Ia akan insecure duluan.

Fakta baru yang ia ketahui adalah Syahrul-Syahrul itu akan menikah setelah lulus SMA, Amar semakin tertawa waktu mendengarnya.

Poor you, Wanda.

Informasi kedua yang membuat Amar gembira adalah kakak kelas dua belas ini, sudah hampir lulus, sekarang bahkan mereka sedang melakukan pelepasan balon. Setidaknya saingannya berkurang satu.

Amar ingin menanyakan perihal Burhan pada Ivan, tapi lelaki itu sudah di suruh pulang duluan oleh Fandi saat ia mewawancarainya. Jadilah, ia hanya mendapatkan beberapa informasi hanya tentang Syahrul saja.

Tidak masalah, nanti ia akan cari tau sendiri. Sebenarnya siapa Burhan-Burhan itu.

"Ayo ke toilet," Ajak Wawan.

Mereka berdua saat ini sedang berada di kelas sepuluh enam, baru saja mewawancarai Ivan, tapi lelaki itu sudah di panggil oleh Fandi— ketua kelas sepuluh lima, karena kelas sepuluh lima sepertinya ada tugas dari guru.

"Woy, Mar!"

"Males, sendirian aja sono."

Wawan mendengus, ia baru akan keluar dari pintu kelas sepuluh enam ketika tangannya tiba-tiba di tarik oleh Amar.

"Lo hampir nabrak Wanda goblok," umpat Amar yang melihat Wanda dan Diba berjalan di depan kelasnya.

Amar berjalan di belakang keduanya, alisnya terangkat saat melihat Wanda melirik kelasnya.

Apa perempuan itu mencarinya?

"Lo benar-benar ya, baru ngikut kalau ada Wanda," Umpat Wawan di sampingnya.

Amar tidak memperdulikan Wawan, ia tetap mengikuti Wanda dan Diba yang ternyata ingin ke toilet di seberang sana.

"Gih, sana, cepetan kencingnya. Gue mau buat skenario," ucap Amar mendorong Wawan masuk ke dalam toilet.

Wawan yang tidak mengerti hanya pasrah masuk dan melaksanakan panggilan alamnya.

"CEPETAN, WAN!" Teriak Amar dari luar.

"Bentar, njir."

"Wan! Cepetan goblo, nanti mereka berdua keluar duluan!"

"IYA. IYA." Wawan menyelesaikan buang air kecilnya lalu keluar menghampiri Amar yang sudah seperti cacing kepanasan.

"Udah keluar?" tanya Wawan.

"Belum, ayo tungguin di sudut," ucap Amar.

Keduanya berjalan dan berhenti di sudut kelas sepuluh delapan.

"Gini amat sih, njir, mau ngapain?" keluh Wawan.

"Bacot, lo diem aja." Amar melirik kamar mandi perempuan berkali-kali.

"Udah jalan..." Amar menarik Wawan menuju kelasnya, lalu berjalan menghampiri sudut jalan kelas sepuluh delapan.

Kalau menurut perhitungannya, harusnya mereka bisa tabrakan lagi.

Secret Admirer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang