SA - BAB 13 : Kak

634 102 20
                                    

2016

Amar berjalan menuju kelasnya dengan mood yang bagus, akhirnya sekolah kembali seperti biasa. Ia tidak perlu lagi ke lapangan panas-panasan hanya untuk latihan bola dan menonton Wanda latihan paskib.

"Amar!" teriak Nanda.

Amar menoleh, "Hai." Amar menatap Nanda, ia kadang lupa kalau ia memiliki pacar.

"Hai.. Kamu mau ke kelas?"

Amar mengangguk, "Iya."

"Ntar ke kelasku ya.." ucap Nanda.

Amar berpikir sejenak, "Pacaran di depan kelas sepuluh lima aja mau gak?"

"Oke, jemput tapi."

"Okedeh, mau ke kelas dulu, aku piket."

Amar melambaikan tangannya dan melanjutkan ke kelasnya.

"Woy! Lo pas upacara 17 an kemarin kemana? kita absen, ege." ucap Wawan menyambutnya di pintu.

"Lo izinin gue kan?"

Wawan mengangguk. Walau ia perlu memakai alasan kalau kucing Amar mati dan dia sedang berduka, Wani—sekretaris kelasnya menatap Wawan tidak percaya tapi Wawan meyakininya. Lagian ia paling tidak bisa membuat alasan, apalagi alasan untuk berbohong.

"Lo kemana?" tanya Wawan.

"Sibuk." jawab Amar sambil menyimpan ranselnya dan mengambil sapu. Ia tidak bohong, ia memang sibuk, sibuk mengabadikan Wanda.

"Gue liat Yaya padahal kemarin tapi lo gak ada," ucap Wawan.

Amar seketika mengingat bagaimana paniknya ia mencari Yaya yang ternyata sedang bermain-main di sudut lapangan. Ia hampir melapor ke tribun kalau adiknya hilang saat tidak juga menemukan Yaya.

"Gue ada ke lapangan sama Yaya."

"Terus kenapa gak upacara?"

"Males, mending gue videoin Wanda yang tampil."

Wawan mendengus mendengar itu.

Wani yang sedang membersihkan papan tulis menoleh melihat Amar yang sedang menyapu di bagian meja guru, "Eh, Amar.. gimana kucing lo? lo kubur dimana?"

"Kucing apaan?" tanya Amar bingung.

Wawan seketika keluar dari kelasnya.

"WAWAN. PENIPU LO, KAMPRET!"

___

Amar dan Nanda berjalan ke arah kelas sepuluh lima— kelas Wanda, Amar mengerutkan keningnya saat teman-teman dari sepuluh tiga, empat dan lima menatap keduanya.

"Mereka kenapa?" tanya Amar bingung.

"Paling baru tau kalau kita pacaran," jawab Nanda.

Amar hanya bergumam, perasaan ia dan Nanda sudah pacaran dari satu bulan yang lalu? kenapa baru heboh sekarang?

Nanda dan Amar kini duduk di tangga, akses menuju toilet kecil di dekat sepuluh lima.

"Kemarin waktu upacara 17, kamu kemana?"

"Sibuk," jawab Amar singkat, matanya diam-diam melirik anak-anak sepuluh lima.

"Sibuk apa?"

"Nyari Yaya, dia ilang di lapangan," jawab Amar tidak sepenuhnya bohong.

"Yaya itu siapa?"

Secret Admirer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang