Tiga

7.9K 533 9
                                    

Sinar mentari menyelinap di tirai kamar luas yang bernuansa mewah itu. Hakim mengusap matanya dan tersadar kalau ada kepala bocahnya yang ada di dada bidangnya.

Hakim mengusap kepala itu sembari mengecup kening Nino.

"Bangun..."

"Eeumngh~ gak mau sekolah..." Nino merengek.

"Tidak ada alasan, kamu harus pergi ke sekolah." Kata Hakim.

Nino masih setia memeluk Hakim sambil memejamkan matanya.

Hakim menghela nafas. "Jika kamu tidak bangun sekarang, kamu akan saya hukum lagi."

Mendengar itu Nino langsung terbangun, duduk terlebih dahulu untuk mengumpulkan nyawanya. Bibirnya mengerucut, kesal.

"Jangan pergi ke tempat karaoke seperti itu lagi." Nada bicara Hakim sudah tidak mengenakkan.

"Iya." Jawab Nino cuek.

Hakim mengambil kedua tangan Nino lalu mencubitnya membuat matanya mendelik juga kesakitan.

"Aduh sakit!"

"Tangan kamu sangat nakal. Buat apa memegang payudara wanita murahan itu? Ha?!"

"Ya kan enak kenyal, empuk pula." Nino membayangkannya.

Setelah membayangkan payudara wanita itu ia menoleh ke wajah Hakim. Dan Hakim wajahnya sudah datar, seperti tak suka sama yang dikatakan Nino.

Nino meneguk ludahnya saat melihat wajah Hakim yang menyeramkan. "Maaf." Kata Nino.

"Saya suami kamu, seharusnya kamu bisa menjaga perasaan saya." Hakim kesal, beranjak dari kasur melangkah menuju kasur.

Nino yang gelabakan takut Hakim baper, ia mencoba mengejar Hakim. Tapi sayang, Nino merasa kesakitan saat mencoba berlari.

"Ahkh!!" Nino memegang pantatnya.

Kenapa masih sakit sih? Padahal Nino udah beberapa kali melakukannya dengan Hakim.

Hakim sontak berbalik dan berlari menuju Nino.

"Saya gendong." Hakim pun langsung menggendong Nino, karna ia paham kalau setiap habis melakukan hubungan intim Nino selalu kesakitan.

Selama di dalam gendongan Hakim, Nino memandangi wajah tampan milik Hakim itu.

"Biar saya yang mandikan kamu."

"Gak!"

"Kenapa?"

"Lo mau modus aja kan sama gue?!"

Hakim menghela nafasnya.

"Ahhkk!!" Nino kembali berteriak kesakitan saat Hakim menekan pantat Nino.

"Goblok! Sakit anjing!"

Plak!
Hakim menampar mulut Nino.

"Hiks... Hiks... Hiks..." Nino menangis sambil memegangi mulutnya yang habis ditampar.

"Jangan nangis!"

"Saya sudah bilang, jaga bicara kamu. Jauhkan kebiasaan jelekmu itu!" Suara sentakan itu bergema di dalam kamar mandi.

"Hiks... Sel-selama gue nikah sama Lo.. hiks... Gue disiksa terus... Hiks hiks hiks..."

"Saya tidak menyiksa kamu, Nino..."

"Sudah, berhenti, jangan menangis lagi." Kata Hakim lalu mengambil sabun dan memandikan Nino.

Setelah selesai mandi dan memakai seragam, Nino sekarang duduk di meja makan untuk sarapan.

MY HUSBAND || Ss1 - Ss2 || END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang