Ss2 - 3

3.9K 306 17
                                    

Nanda mengerutkan keningnya saat ia kepanasan. Ia sekarang tengah duduk di halte untuk menunggu bus atau taxi. Tapi, tak ada satupun bus ataupun taxi yang berhenti di halte itu.

"Ck! Lama banget sih... Mana panas banget!" Kesal Nanda.

Sesekali Nanda melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul setengah satu siang.

Tiinnn!!
Terdengar suara motor mengklakson.

Nanda sedikit menyipitkan matanya di kala silaunya paparan sinar matahari.

"Woy! Ngapain Lo di sini."

Suara itu, Nanda seperti mengingatnya.

"Lo?" Nanda berdiri dari duduknya.

"Ya ini gue. Haikal, cowok paling ganteng sedunia." Ujarnya dengan penuh percaya diri.

"Geli amat gue dengernya." Batin Nanda.

Haikal kemudian melepaskan helmnya dan turun dari motor gedenya. Melangkah menghampiri si Nanda.

"Ngapain Lo ada di sini, ha?" Tanya Haikal.

"Kepo banget sih Lo, bocah!"

Haikal menghela nafasnya. "Gue bukan bocah! Buktinya titid gue gede, jadi gue ya bukan bocah lagi lah."

"A-apa hubungannya sama itu?!" Nanda sedikit gugup.

"Karna tit-"

"Stop! Cabul amat omongan Lo!" Nanda menutup mulut Haikal yang sialan itu.

Cup!
Haikal malah mencium telapak tangan Nanda yang masih menutup mulut milik Haikal itu.

"Ish!! Jijik banget!!" Nanda langsung melepaskan tangannya dari mulut Haikal.

"Bisa-bisa rabies tangan gue ini!" Kata Nanda.

"Yeee! Lu kira gue anjing?"

"Lo gak jauh beda sama anjing!" Kesal Nanda.

Haikal terkekeh.

"Lagian Lo ngapain jam segini keliaran? Atau jangan-jangan Lo kabur, ya? Ha?!" Nanda menyipitkan matanya pada Haikal.

"Enak aja kabur! Semua siswa pulang lebih awal kalik..."

"Kenapa gitu?!"

"Katanya sih, kepseknya lagi sakaratul maut. Jadinya, semua siswa dipulangkan lebih cepat deh." Jawab Haikal.

"Lo sendiri? Ngapain duduk di halte kek orang ilang aja." Tanya Haikal.

"Gue habis ngurusin surat perpindahan kerja. Tuh di rumah sakit itu." Nanda menunjuk rumah sakit tempat ia akan bekerja nanti.

"Lah! Rumah sakit yang berhadapan sama sekolah itu?" Tanya Haikal.

"Yaa..."

"Wah! Kebetulan banget, njir! Itu mah sekolah gue yang di depan rumah sakit Lo kerja."

"Gak tanya!" Kata Nanda.

Haikal terkekeh lalu sedikit menunduk untuk menyamakan tingginya dengan Nanda. Haikal mendekatkan wajahnya lalu mengamati seluruh wajah Nanda.

"A-apaan sih Lo!" Nanda mendorong bahu Haikal.

"Lo gemesin juga ya kalo lagi marah-marah." Kata Haikal dengan kekehannya.

"Gak jelas, Lo!"

"Dan inget! Gue lebih tua dari Lo. Lo kudu lebih sopan sama gue!"

"Lebih tua tapi titid Lo masih ukuran bocah. Ck! Gue tau mah..." Haikal ngeledek.

"Ish!" Nanda menjambak rambut Haikal.

"Aduh! Sakit, njir!" Haikal mengelus kepalanya.

"Jijik banget gue sama Lo!" Nanda melengos.

"Nyenyenyenye!" Haikal tambah ngeledek Nanda.

Triinnggg!!
Suara Nanda tiba-tiba berbunyi, ternyata itu Nino yang menelponnya.

"Halo... Apa, Nin?"

"Kakak pulang sekarang."

"Kenapa suara kamu serius amat?" Tanya Nanda. Karna suara Nino terlihat serius, seperti orang kesal.

"Kakak gak usah banyak tanya! Cepat pulang!" Sentak Nino.

Tiiittt!
Nino memutuskan sambungannya.

"Kenapa Bang Nino marah? Lo buat salah ya?" Tanya Haikal.

"Mana gue tau! Yaudah anterin gue balik deh. Buruan." Dengan terburu-buru mereka berdua akhirnya langsung menuju rumah Nino.

.

Sesampainya di rumah Nino. Nanda masuk ke dalam rumahnya dengan langkah tergesa-gesa.

"Ada ap-" Ternyata di sana sudah ada Hakim juga. Raut wajah Nino menunjukkan seperti orang yang sedang marah.

"Ada apa, Nin?"

Tanpa menjawab, Nino melempar sebuah foto pada Nanda. Nanda pun memungut foto-foto yang berjatuhan di lantai itu.

Di foto tersebut ternyata nampak Haikal dan Nanda yang saling berpelukan mesra.

"Nino! Kamu yang sopan sama kakakmu!" Ujar Hakim.

Nino terkekeh. "Belain dia?! Gue pasangan Lo! Seharusnya Lo bisa ngomong, apa arti dari foto-foto itu, Kim!" 

Diam, Hakim terdiam.

"Kenapa diem? Lo selingkuh dari gue?! Owh... Oke... Tapi bukan kakak gue juga kalik, Kim!!"

Sedangkan Nanda terus menatap foto-foto itu sambil menunduk.

"Hiks! Hiks! Hiks! Ke-kenapa Lo selingkuh, Kim!" Nino memukul-mukul dada Hakim sambil nangis kejer.

Haikal yang tak tega melihat Nino menangis seperti itu, ia pun menghampirinya.

"Bang... Udah jangan nangis gini..." Kata Haikal.

Lalu ia menatap tajam pada si Kakaknya sendiri, Hakim. "Lo beneran selingkuh sama ipar Lo sendiri! Ha?!" Sentak Haikal pada kakaknya.

"Tidak! Saya tidak selingkuh, Nino..." Hakim mencoba memeluk dan menenangkan Nino yang nangis kejer itu, tapi Nino tak mau dipeluk Hakim.

"Terus foto-foto itu apa! Ha?! Gue gak nyangka Lo bisa setega ini sama Bang Nino!" Sentak Haikal.

"Haikal, saya tidak selingkuh. Kenapa tidak ada yang percaya!" Hakim terus saja bilang kalau ia tidak selingkuh, padahal di foto tersebut sudah nampak foto Hakim dan Nanda saling bermesraan.

"Stop!" Teriak Nanda.

"Ini salah gue! Hiks... Hiks... Hiks..." Nanda menangis sesenggukan.

"Kenapa kakak tega! Ha?!" Sentak Nino pada Nanda.

"Maafin kakak, Nin... Hiks... Hiks..."

"Tidak! Ini bukan salah dia! Saya sepenuhnya yang salah!"

"Kalian sama aja!!" Amuk Nino.

Jadi apa yang sebenarnya terjadi? Apa Hakim benar-benar selingkuh? Kalau emang benar, Hakim tega banget sih. Gugat cerai aja, Nin. Pakmil pasti kuat. Yok ceraikan aja si Hakim.

.

TBC
Maaf kalau ada typo atau kekeliruan ya sobat:)
Jangan lupa untuk vote & komen✨✨✨

MY HUSBAND || Ss1 - Ss2 || END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang