Dua Belas

7.1K 414 22
                                    

Satu Minggu kemudian.

Di pagi yang cerah ini, Nino sedang menunggu Hakim untuk sarapan bersama. Hari ini Nino bakal diantar Hakim. Tak lama kemudian Hakim menghampiri meja makan dan duduk di samping Nino.

Tiba-tiba Nino mengerutkan keningnya. Hidungnya menghirup bau tak sedap, dan ingin sekali muntah.

"Kim! Lo pakek parfum apa? Kok bau Lo kayak bangke..." Nino menutup hidungnya.

"Kamu jangan kurang ajar sama suami!" Sentak Hakim, lalu mencium bau parfum yang melekat pada jas hitamnya itu.

Setelah Hakim menghirup bau parfum yang ada di jas nya itu, ia merasa kalau hidung Nino ini sudah rusak.

"Hidungmu itu yang rusak! Saya memakai parfum seperti biasanya." Ujar Hakim dengan tatapan sinis.

"Gak! Bau Lo gak enak! Gue pengen muntah!" Nino mendorong bahu Hakim untuk duduk menjauh darinya.

"Kamu ini ya! Pagi-pagi sudah bikin ribut saja!" Hakim menyahut lalu pindah tempat duduk.

"Ya sudah cepat makan. Biar saya tidak kesiangan." Kata Hakim.

Hakim pun memakan sarapannya yang dimasak oleh pembantu di rumahnya.

Nino kemudian juga ikut menyantap sarapannya.  Tapi, di saat ingin menelannya Nino tiba-tiba ingin muntah.

"Huwek!" Nino menutup mulutnya.

"Kenapa lagi?" Tanya Hakim.

Nino menggeleng, lalu mencoba menelan makanannya.

Menyendoknya lalu melahapnya. Tapi...

"Huwek! Huwek!" Nino menutup mulutnya dengan tangan, menahan agar tidak muntah di meja makan.

"Kamu kenapa?! Kalau lagi sakit itu bilang!" Sentak Hakim.

"Kamu ini sungguh membuat saya tidak selera untuk makan!" Hakim menghentakkan sendoknya.

"Pak Jono!!" Hakim memanggil supir yang biasa mengantar Nino.

Pak Jono pun menghampiri Hakim dengan tergesa-gesa. "Iya, Tuan?"

"Saya hari ini tidak ingin mengantar Nino. Kamu saja yang mengantarnya hari ini." Kata Hakim lalu beranjak dari meja makan. Dan diangguki oleh Pak Jono

Entah kenapa, Nino rasanya ingin menangis. Padahal Hakim sendiri yang bilang akan mengantarnya ke sekolah hari ini.

Nino rasanya ingin marah juga, ia mengambil ranselnya lalu juga beranjak untuk berangkat sekolah. Dan diikuti Pak Jono di belakang Nino.

Selama perjalanan menuju sekolah, Nino hanya terdiam saja. Nino rasanya bersalah banget sama Hakim. Tapi, Hakimnya selalu marah-marah terus.

"Ish! Kenapa gue sensitif banget sih hari ini!" Batin Nino

.

Sesampainya di sekolah, Nino berjalan menyusuri lorong sekolah untuk menuju kelasnya. Ia masih saja memikirkan masalah tadi sewaktu di meja makan.

Setelah sampai di kelas, betapa terkejutnya Nino saat melihat Tama menciumi bibir Abi, untung kelasnya masih gak ada orang, cuman ada Tama dan Abi. Mata Nino terbelalak. Sejak kapan pertemanan mereka berdua sampai tahap ke cium-cium bibir?

"HEEE!!" Sentak Nino.

Tama yang terkejut langsung membenarkan posisi duduknya. Abi pun juga kaget, sejak kapan Nino berada di pintu kelasnya.

Nino kemudian berjalan menghampiri dua sejoli itu.

"Tam!? Gue gak salah liat?"

"Bi? Kok lo cuman diem aja dicium gitu sama Tama? Ha? Jawab guehh!" Nino memegang kepalanya, rasanya ia sangat frustasi melihat kedua teman yang saling cium-ciuman seperti itu.

MY HUSBAND || Ss1 - Ss2 || END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang