Enam

7.2K 507 3
                                    

2 hari berlalu dan Nino sudah membaik.

"Kamu memang tidak mau mendengarkan saya, Nino."

"Ish! Gue bosen di rumah... Gue udah pakai seragam nih, masa iya gue lepasin!"

"Terserah kamu... Lihat saja, jika perut kamu masih terasa sakit, saya tidak akan datang ke sekolah."

"Owh oke... Gue juga gak butuh perhatian Lo!"

Nino mengambil tasnya lalu keluar dari kamarnya.

"Nino!" Hakim membuntuti Nino.

Pagi ini penuh dengan kegaduhan.

"Apa lagi?!"

"Oke, saya antar kamu. Tunggu sebentar."

"Gak usah!"

"Kok kamu jadi marah-marah begini?"

"Lah! Lo tuh yang marah-marah terus ke gue. Gue gini salah, gue gitu salah. Terus gue haru nurut sama Lo?! Ingat, gue nikah sama Lo cuman karna dipaksa!"

Hakim terdiam.

"Pergilah." Kata Hakim lalu kembali masuk ke dalam kamar.

"Cih!" Nino terkekeh sinis. Lalu pergi ke sekolah di antar oleh pak sopir.

.

"Duh gue makasih banget ya... Udah dua kali gue nebeng sama Lo." Ujar Abi berterima kasih.

"Santai kalik... Kalo Lo gak ada yang nganter ke sekolah, biar bareng gue aja. Jalan rumah gue sama Lo searah kok." Kata Robi.

Abi tersenyum malu.

"Eh bukannya lo biasanya bareng sama gebetan Lo?" Tanya Robi sambil terkekeh.

"Gebetan? Gue gak punya gebetan kali."

"Masa iya? Tuh si Tama."

"Anjir... Dia bukan gebetan gue kali." Abi terkekeh.

Robi mendekatkan wajahnya pada Abi. "Apa iya?"

Abi lama mau menjawab karna merasa canggung dan gugup.

Tiba-tiba bahu Robi di pegang oleh seseorang dari belakang lalu...

Buhg!
Muka Robi di tonjok hingga ia tersungkur di bawah. Dan membuat para siswa yang sedang memarkir sepeda melihat pada kejadian itu.

"Lo apaan sih, Am!"

Yaps, Tama yang menonjok muka Robi.

"Lo gapapa kan, Rob?" Abi berjongkok untuk melihat keadaan Robi.

Sudut bibir Robi mengeluarkan darah.

"Gila Lo?! Ha?!" Abi ngamuk pada Tama.

"Cih! Bisa-bisanya Lo belain dia?"

"Ya karna Lo yang salah! Lo tiba-tiba nonjok Robi!"

Tama terkekeh sinis.

Robi bangkit lalu berdiri di samping Abi.

"Udah gue gapapa, Bi..." Kata Robi pada Abi.

Abi melihat pada sudut bibir Robi yang terluka lalu memegangnya.

"Sshhh..." Robi meringis kesakitan.

"Sakit ya?" Tanya Abi.

Tama semakin terkekeh melihat kemesraan mereka berdua hingga tak tahan ingin menonjoknya lagi

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Tama kembali menonjok muka sialan Robi itu berkali-kali.

"Udah! Udah!..." Abi mencoba melerai.

Robi yang merasa tak terima dirinya di tonjok berkali-kali oleh Tama, ia membalasnya. Jadinya mereka saling tonjok-tonjokan di area parkir sepeda itu.

"Ishh!! Udah! Ama! Robi! Udah!!" Tubuh kecil Abi mencoba melerai kedua tubuh jangkung itu.

Bugh!
Pada akhirnya Tama tak sengaja menonjok wajah Abi hingga tersungkur ke bawah.

"Bi!" Tama panik, ia berjongkok di hadapan Abi yang memegangi pipinya terasa sakit.

"Bi Lo gapapa?!" Tanya Robi.

"Pergi Lo bangsat!" Tama mendorong tubuh Robi.

"Gara-gara Lo Abi kena tonjok!" Robi.

Tama kali ini tak menggubris Robi, ia menggendong tubuh Abi untuk di bawa ke UGD.

Sedangkan Robi terkekeh melihatnya.

.

"Bi!!" Suara Nino di ambang pintu UKS.

Nino menghampiri Abi dengan langkah panik.

"Hiks! Hiks! Hiks! Nino...." Abi terisak.

"Lo kenapa kok bisa memar gitu pipinya?"

"Tuh!! Gara dia tuh!!" Abi menunjuk pada Tama yang berdiri sambil menunduk.

"Ish! Bangsat!" Nino mencubit lengan Tama.

"Aduh!! Sakit njir!"

"Biarin! Bisa-bisanya Lo berantem sama Robi terus nonjok Abi, Ha?!!"

"Gak sengaja kena Abi..."

"Ish!! Goblok banget sih Lo!"

"Udah udah... Jangan nangis, Bi..." Nino mengusap pipi Abi yang bengkak.

"Kenapa sih Lo berantem sama Robi?"

"Dia mau nyium Abi! Ya gue tonjok lah muka sialannya itu!"

"Ha?" Nino menengok pada Abi.

"Gak! Mana ada Robi mau nyium gue!" Abi.

"Lah terus muka dia deket banget sama muka Lo!" Tama.

"Apaan sih Lo! Gak ada Robi mau nyium gue!"

"Lah gue liat sen-"

"STOP!!" Nino memegang kepalanya pusing melihat kegaduhan ini.

Nino menatap Abi dan Tama secara bergantian.

"Sekarang gue mau tanya sama Lo, Tam."

"Apaan?"

"Kalaupun Abi di cium sama si Robi, emangnya kenapa?"

"Ya mana bisa lah njir!"

"Alasannya apa? Kenapa Lo yang marah?"

"Y-ya karna Abi sa-sahabat gue! Gue harus jagain sahabat gue."

Nino terkekeh. "Aneh Lo." Kata Nino sinis.

Kali ini Tama terlihat gerogi.

Abi hanya menyimaknya sambil membatin.

Tak lama suara hp Tama bunyi, sepertinya ada yang menelpon.

"Iya sayang..." Tama mengangkat teleponnya dengan sambutan manis. Abi dan Nino merasa jijik mendengarnya.

"..."

"Oke sayang, gue ke kelas kamu ya sekarang."

Tama menutup teleponnya.

"Eum.. gue mau ke kelas Nita bentar."

"Lama juga gapapa." Ujar Nino jengah sama Tama.

.

TBC

MY HUSBAND || Ss1 - Ss2 || END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang