🍋 Not So Welcome 🍋

992 182 93
                                    

"Eomma, Eomma, jangan tunggu Haechan untuk makan malam nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eomma, Eomma, jangan tunggu Haechan untuk makan malam nanti. Hari ini kami mau pergi ke rumah Jisung, Nenek Jisung ingin kami datang untuk makan malam di rumah mereka."

"Baiklah kalau begitu. Apa kau butuh uang cash?"

"BUTUH!! Gimme the money Eommaa~"
Seungkwan menggelengkan kepalanya lalu mengambil uang dari dalam dompetnya untuk dia berikan kepada putrinya. Di Seoul Haechan hampir tidak pernah pegang uang cash karena hampir semua tempat di Seoul melakukan transaksi secara cashless jadi uang jajan Haechan lanngsung ditransfer ke rekening anak itu. Sementara di kampung kebanyakan transaksi menggunakan uang cash.

"Kau tidak melupakan yoghurt dan kue untuk Mr. Crush-mu kan?"

"Tentu saja!! Semuanya sudah Haechan masukkan ke dalam ransel Haechan." Balas Haechan dengan penuh semangat sambil menunjuk ke arah ranselnyayang saat itu dia gendong di depan ketika gadis itu tengah memakai sepatunya.

Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Gadis itu mendapatkan pesan singkat yang tak lain tak bukan adalah Mr. Crush-nya. Oh ya, mereka memutuskan untuk bertukaran nomor HP kemarin setelah Jeno mengobati luka di lutut Haechan. Katanya ingin bertanggung jawab atas luka tersebut mengingat karena mengejarnya lah Haechan sampai terjatuh dari sepeda dan terluka. Jadi mulai pagi itu Jeno keluar dari rumah lebih awal untuk mengantar susu ke rumah-rumah warga agar punya waktu untuk menjemput Haechan dan tidak terlambat ke sekolah.

"Haechan pergi sekarang, Eomma!! Jeno sudah menungggu di depan. Katakan pada Appa Haechan menyayanginya tapi Haechan ingin uang untuk beli sepatu baru nanti hehe atau katakan pada Appa untuk menemani Haechan beli sepatu baru nanti. Eoh? Haechan menyayangi Eomma!" Kata anak itu sambil memberi peluk dan cium pada Seungkwan sebelum berlari keluar dari rumah.

Saat Haechan keluar, Jeno sudah berada di luar dengan sepedanya sambil membaca buku.

"Tak ku sangka sainganku adalah buku." Kata Haechan dengan nada pelan sebelum berjalan ke arah Jeno. Sengaja kakinya dia seret. Agar Jeno tahu kalau Haechan masih terluka. Padahal di dalam rumah sudah berlari-larian kesana-kemari. Lagian kaki Haechan tidak keseleo, pun tidak patah.

"Selamat pagi, Jeno~" Sapa Haechan membuat pemuda itu menurunkan bukunya dan menolehkan kepalanya ke samping menatap Haechan.

"Selamat pgi, Haechan. Apa kakimu masih sakit?"

"Iyaaa, sakiiitt~ maaf merepotkanmu tapi ku rasa aku harus menumpang sepedamu dalam waktu yang lama. Kau tidak keberatan kan?"

Jeno menggeleng lalu mengulurkan tangannya. Haechan pun tersenyum, dengan malu-malu dia mendekat dan mengulurkan tangannya juga, kemudian memegangi tangan Jeno sambil tersipu.

"Apa yang kau lakukan? Berikan tasmu, aku akan menggendongnya di depan."

Haechan tersadar dari mimpi indahnya bergenggaman tangan dengan Jeno karena gadis itu salah kaprah. Dipikir Jeno mengulurkan tangan agar ia bisa menggenggamnya, namun ternyata Jeno hanya ingin membawakan tas Haechan. Setelah ranselnya diserahkan, Haechan pun naik ke boncengan sepeda Jeno.

'Us, Together.' NoHyuck 🌞🍦🧃🍋🥝🌞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang