Hamil

600 41 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 12 malam, tapi seorang perempuan yang masih terbaring di kasur pesakitan itu tidak kunjung bisa memejamkan mata. Mungkin karena sudah terbiasa di peluk oleh istrinya itulah sebabnya ia tidak bisa tidur sekarang.

Ya langit masih terjaga, dia tidak bisa tidur jika tidak memeluk Senja. Melihat jam yang sudah berada di angka 12, membuatnya mengurungkan niat untuk menelfon sang istri.

"Udah tengah malam banget, pasti dia udah tidur." Pandangan Langit beralih pada dua manusia yang sudah terlelap di sofa. "Mau minta di temenin ngobrol sama mereka, merekanya udah tidur." Ucapnya sendiri.

Kepalanya menoleh kearah nakas ketika ada suara dering ponsel terdengar. Bangun perlahan, lalu mengambil ponsel itu. "Senja?." Langit pun mengangkat nya, ternyata Senja menggunakan fitur vidcall.

"Kamu belum tidur? ini udah malam lho." Ucap Langit.

"Aku gak bisa tidur by, gada kamu soalnya." Jawab Senja di seberang sana.

Langit mengangguk berkali-kali "aku juga yang, rasanya tuh gaenak."

"Kamu sih, sok ngide nyuruh aku pulang." Gerutunya

Langit terkekeh "haduh bisa engga kamu jangan gemes gitu, lagi jauh nih."

"Sengaja biar kamu makin kangen."

"Mau kamu gak gemes pun aku juga udah kangen kali, Ay."

"Hehe, oh ya aku tadi mual-mual sampek rumah."

"Mwo? Kok bisa? Salah makan kamu kali? terus gimana sekarang udah baik-baik aja kan?." Tanya Langit dengan ekspresi wajah yang membuat Senja tertawa.

Langit mendengus "kamu kok ketawa sih ay, aku lagi khawatir lho ini."

"Gimana gak aku ketawa, kamu lucu lho, manyun gitu, mana pipinya makin bulet, pengen aku makan rasanya."

"Kanibal kamu namanya, ish itu jawab dulu pertanyaan ku."

"Iya-iya bawel, gapapa kok udah di kasih obat sama Giselle tadi, disuruh istirahat tapi aku gak bisa tidur kalo gak di peluk kamu."

"Manja banget kamu, tinggal merem, ay."

"Dih ngatain, situ juga gak bisa tidur ya kalo gak saya peluk." Ucap Senja dengan nada jutek, tapi malah membuat Langit tertawa.

"Haha, iya sih, Yaudah kamu tidur ya udah malam, mau aku temenin gak sampek bobo?."

Senja mengangguk antusias "Mau, jangan di maatin vidcallnya, biarin aja." Langit mengangguk. Secara bersamaan keduanya memposisikan diri senyaman mungkin untuk tidur. Langit bisa melihat jika istrinya itu mematikan lampu tidur di nakas. Lalu menatap Langit.

"Selamat malam ay, ketemu di mimpi ya." Ucap Langit dengan suara lembut.

Senja tersenyum "selamat malam juga."

Keduanya memejamkan mata masing-masing, tak berselang lama keduanya saling tertidur pulas. Terdengar dengkuran halus dari bibir keduanya. Dengan vidcall yang masih tersambung keduanya tertidur nyenyak malam itu.

Pagi harinya sekitar jam 8 Langit di kejutkan dengan suara gaduh dari arah depan kamarnya, membuatnya membuka mata.

"Haish siapa sih yang berisik itu, udah tau ini rumah sakit."

Plak!

Setelah suara gaduh itu giliran suara tamparan yang terdengar, diikuti oleh suara tinggi yang sangat ia hafal.

"Temen aku emang melakukan kesalahan, tapi kamu gak bisa nuduh dia yang enggak-enggak ,Yovi."

"Melody? Kenapa dia nampar Yovi?."

Takdir Semesta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang