Jessica Andin Wiyata

447 39 0
                                    

Bertemu kembali dengan orang yang menyebabkan putusnya hubungan dengan orang yang disayang, membuat siapa saja pasti marah. Tak terkecuali Senja, dia menatap dingin pada sosok yang tengah berdiri diantara dia dan Langit. Tersenyum manis pada istrinya itu.

"Sudah lama tidak bertemu, Langit Senja."

"Untuk apa datang kembali? Mau menghancurkan hubungan kami lagi?." Sarkas Senja.

Andin tersenyum sinis "gue datang kesini hanya untuk bertemu dengan teman lama gue, salah kah?."

"Lo datang di waktu yang tidak tepat, bagaimana gue tidak curiga sama Lo, Andin?." Ucap Senja.

"Gue kembali bukan untuk merebut Langit kembali, tapi gue kembali hanya ingin memberikan ini." Andin memberikan sebuah undangan pada Langit.

"Gue akan segera menikah, gue gak tau mau kasih ke siapa, jadi gue kasih langsung sama, Langit."

Langit menerimanya "kami pasti datang, btw selamat, semoga bahagia."

Andin mengangguk "pastikan kalian datang, karena gue ingin Langit menjadi saksi janji suci gue sama dia."

Senja hanya mengangguk pelan "kita pasti datang, Lo gak perlu khawatir."

"Yasudah gue pergi, oh ya selamat atas pernikahan kalian, langgeng terus, dan kamu senja jaga Langit dia perempuan yang paling baik. Jika kamu tidak bisa menjaganya maka akan aku ambil dia dari kamu."

Senja tersenyum remeh "kamu tidak perlu khawatir, Langit akan aku jaga." Andin mengangguk, lalu setelahnya ia pergi dari sana.

Langit menatap undangan itu dekat lekat, tersenyum tipis, membuat Senja yang melihatnya cemberut.

"Kenapa kamu liatin undangan itu segitunya? Gak rela dia nikah sama yang lain?."

Langit menoleh dan menampilkannya senyuman manisnya "bukan, aku bahagia, dia menemukan orang yang bisa bahagian dia, dan yang terpenting dia tidak akan mengganggu hubungan kita lagi."

"Ah bener juga, semoga kali ini semesta memihak kita walaupun cuma sebentar."

"Aku gak mau sebentar Sayang, tapi aku mau semesta memihak kita untuk selamanya."

"Amin paling kenceng." Langit terkekeh mendengar perkataan istri nya itu.

Langit lalu mengantar Senja ke kelasnya, mereka tidak ke kantin karena sudah merasa kenyang.

"Setelah selesai kelas kamu langsung ke ruang aku aja ya, gausah nunggu diluar." Ucap Langit.

"Siap komandan, tapi aku beneran boleh liat kamu rapat? takutnya ganggu kamu, by."

"Boleh, asal jangan duduk di pangkuan aku aja pas rapat."

"Jangan gila kamu, mana mungkin aku duduk di pangkuan kamu."

"Ya siapa tau gitu kan."

"Itumah mau kamu."

"Tau ajah deh kamu."

"Jelaslah, kamu kan mesum anaknya."

Langit terkekeh pelan "sana masuk aku mau ke ruangan Presma dulu."

"Iya, sayang."

Langit hendak pergi tapi ia ditahan oleh tangan Senja yang memegang lengannya. "Kamu merasa ada yang ketinggalan engga?."

"Ketinggalan? Engga tuh?."

"Ada lho."

"Gada sayang."

"Ada, coba ingat-ingat."

Langit mencoba mengingat-ingat kembali, lalu setelahnya ia ingat dan terkekeh pelan. Celingak celinguk melihat situasi yang ada, setelahnya ia mencium singkat bibir Senja. Bukan di pipi atau kening, langit langsung mencium bibir Senja.

Takdir Semesta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang