Arvaz Bintang Kalgara

288 27 0
                                    

2 Minggu kemudian

Derap langkah kaki yang pelan terdengar di lorong gedung bercat putih. Bau obat mulai menusuk di penciuman perempuan bersurai panjang itu. Ia mempercepat langkahnya ketika seseorang yang menelfon nya mengatakan jika orang yang selama ini ia tunggu kesadaran nya mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan sadar.

Disisi lain perempuan yang sedang tertidur dengan pulas di ranjang pesakitan nya itu mulai menggerakkan jari-jarinya. Perlahan ia membuka matanya dan menyesuaikan cahaya yang masuk ke kedua matanya.

Ia mengedarkan pandangannya ke orang-orang yang juga menatapnya dengan tatapan penuh bahagia karena kini ia sudah sadar.

"Akhirnya kamu sadar juga nak." Ucap Vanadya Lacerta Kalandra, Mommy nya Langit.

Langit menatap satu persatu orang yang ada disana. Pandangan nya berhenti pada sosok wanita paruh baya yang sedang menggendong seorang bayi.

"Bun, itu anak Langit sama Senja?." Tanya nya lirih.

Wanita itu mengangguk pelan "sesuai permintaan kamu namanya Arvaz Bintang Kalandra." Ucapnya.

"Boleh aku gendong dia?."

"Tentu boleh dong nak." Bundanya Senja itu pun menyerahkan bayi itu pada Langit. Tentu langit langsung menggendong nya.

Langit menatap lekat buah hatinya dengan Senja. Bibir dan hidung nya begitu mirip sekali dengannya, namun mata dan wajahnya mirip sekali dengan Senja.

Oh ya mengenai Senja, ia tidak melihat Perempuan cantik itu seja tadi lalu pandangan nya beralih pada orang-orang yang ada disana.

"Senja mana?." Tanya Langit.

"Aku disini, sayang."

Langit langsung menoleh pada sumber suara, senyuman manis langsung mengembang di bibir pucat perempuan itu.

Senja langsung menghampiri sosok itu, memeluknya dari samping karena terhalang oleh makhluk kecil yang sedang dia gendong.

"I Miss you so badly by." Senja mencium pundak Langit itu.

"I Miss you too babe." Langit membalas pelukan senja menggunakan tangan kanannya.

Kini hanya tinggal dirinya dan Senja di kamar itu tak lupa juga baby Arvaz yang sedang di beri asi oleh Senja. Menatap anaknya yang sedang menyusu ke bagian favoritnya itu membuat Langit mengerucutkan bibirnya, membuat Senja yang berada di sampingnya itu pun memukul bibir itu pelan.

"Jangan digituin bibirnya." Ucap Senja

"Kenapa?." Tanya Langit sambil mengelap bibirnya itu.

"Aku jadi pengen cium tau."

"Ah mau dong di cium gitu."

"Jangan berulah ini rumah sakit."

"Aku kangen kamu."

"Aku juga, tapi jangan disini kalo mau ciuman."

Langit menatap heran pada Senja "kamu kok jadi mesum begini? Perasaan kemarin-kemarin engga tuh."

"Kan kamu yang ngajarin aku mesum."

"Mana ada, engga ya."

Senja tak menjawab lagi ucapan Langit itu ia fokus pada Arvaz yang sedang tertidur itu. Lama mereka diam, akhirnya suara Senja yang terlebih dahulu terdengar.

"Jangan lagi nyembunyiin sesuatu dari aku."

"Nyembunyiin? Nyembunyiin apa?."

"Soal penyakit kamu itu, kamu tau gak gimana gilanya aku waktu kamu koma. Aku benar-benar takut kamu beneran ninggalin aku sama Arvaz, Langit."

Takdir Semesta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang