Bab 4

603 115 63
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.
.

Bel pertanda istirahat berbunyi di seantero sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel pertanda istirahat berbunyi di seantero sekolah. Menumbuhkan rasa bahagia di hati para siswa yang sudah mulai malas belajar karena perut yang keroncongan minta diisi.

"Keanu jangan dulu keluar, ya? Saya mau bicara sama kamu."

Waduh, pasti masalah itu lagi. Terlihat murid itu mengacak rambutnya. Dia berjalan mendekati meja guru.

"Sudah sampaikan salam Ibu ke uncle kamu?"

"Ibu serius sama Om saya?"

"Oh my god. Jadi kemarin kamu mengira saya bercanda?" Si pemilik bulu mata lentik cetar membahana membetulkan kacamata.

Keanu tepuk jidat. "Aduuuh, kirain ibu bercandaaa."

"Kenapa kamu berpikir seperti itu? Hm? Jangan-jangan ...."

Perasaan Keanu mulai tidak enak, dia segera menyela. "Kirain ibu guru secantik, semandiri, dan sepintar ibu itu tipenya yang tinggi. Misalnya sesama guru. Kalau Om saya bukan apa-apa."

Hidung Miss Jenn terbang dipuji begitu. Wajahnya seolah mengatakan ya iyalah selera saya tunggu, eh tinggi maksudnya. Saya wanita mandiri dan semua bisa sendiri tanpa harus minta-minta sama makhluk bernama cowok.

"Jadi maksud kamu apa? Memangnya pekerjaan uncle kamu apa?"

"Om cuma fotografer freelance, Miss."

Ketiga jari Miss Jenn menutup bibir yang berlapis gincu. "Berarti dia suka foto-foto gitu?"

Keanu mengangguk.

"Waaah, keren sekali."

"Keren dari mananya, Miss? Kalau dosen, CEO, dokter, tentara, pengacara, itu baru keren. Karena cuma freelance kayaknya Om nggak cocok sama Miss. Nggak seimbang gitu, lho, Miss." Keanu memeragakan perumpamaannya dengan posisi tangan kanan berada di atas tangan kiri. "Jelas kedudukan Miss lebih tinggi."

"Kamu tenang aja, saya nggak memandang cowok dari statusnya, kok. Apa pun pekerjaan dia saya tetep suka. Asalkan bukan pengangguran. Jadi kamu nggak usah minder, ya? Nanti setelah pulang jangan lupa sampaikan salam saya."

Dua tangan Keanu disimpan kembali di tempatnya, rupanya alasan itu tidak membuat si bulu mata lentik cetar membahana mundur. Keanu selalu gagal fokus sama bulu matanya itu.

"I--iya, in syaa Allah, Miss. Ya udah kalau begitu saya pamit dulu."

"Ya, silahkan."

Keanu bergegas keluar dari kelas. Di luar ada Bagas dan Cakra yang menunggunya.

"Pasti dia nanyain om lo lagi, kan?" tanya Cakra sambil mengalungkan lengan di tengkuk Keanu. Anak itu lekas melepaskannya dan membuat jarak.

"Dih kenapa lo?" tanya Bagas heran.

Di Waktu HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang