Bab 5

567 98 109
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.
.

Bismillahirrahmanirrahim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi. -Pidi Baiq

Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum. -M.A.W.Brouwer

"Sekarang aku tahu kenapa aku sesuka itu sama kamu.

"Mungkin bukan hanya Bandung yang lahir ketika Tuhan sedang tersenyum, tapi juga kamu.

"Jadilah seperti kota ini bagi hidup aku, jadi tempat tinggal yang selalu ingin aku tempati, jadi rumah tempat aku pulang.

"Banyak perempuan cantik di dunia ini, tapi aku cuma mau sama kamu. Seperti kota Bandung. Banyak kota yang sama cantiknya, tapi aku cuma suka di sini.

"Aku, kamu, dan Bandung, mari kita bersatu dan menua bersama.

"Will you marry me?"

Dua mata Lintang terbuka. Seperkian detik dunianya berubah. Napasnya sedikit terengah. Tak terdengar lagi suara rintikan di luar sebelum tidur tadi sebagai pertanda bahwa hujan sudah berhenti.

Lintang beranjak dari kasur, membuka gorden, pemandangan pertama yang ia lihat adalah tanaman koleksinya yang basah. Ada rasa sakit yang tidak bisa diungkap kata-kata hingga hanya tersalur lewat mata yang menyorot penuh luka.

Dia hadir ke mimpinya. Bagai pelukan hangat di tengah dinginnya suhu hujan.

Sesakit ini merindukan seseorang yang sudah berbeda alam.

Efek tadi Lintang mendapat tawaran dari klien berupa pemotretan post wedding dan lokasinya di jalan Asia-Afrika. Dia tidak keberatan dengan post wedding, tapi Lintang menolak dengan alasan lokasi.

Tempat itu penuh dengan kenangan indah yang terlalu menyakitkan untuk diingat karena tak akan pernah terulang.

Di bawah terowongan jalan Asia-Afrika, yang menjadi tempat bagaimana sastra tumbuh dengan kota, di antara dua tembok yang tertulis deretan kata juga kendaraan yang berlalu-lalang, Lintang mengajukan keinginannya meminang dia. Menyelipkan cincin di jari manisnya sebagai simbol cinta. Yang tak lama kemudian turun hujan yang mereka yakini sebagai restu.

Di Waktu HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang