Bab 6

541 91 85
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.

Bismillahirrahmanirrahim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Ketika azan Subuh masih berkumandang Lintang sudah tiba di masjid untuk melaksanakan salat Subuh berjamaah.

Dia bergabung dengan bapak-bapak yang juga mengikuti salat jamaah karena rata-rata yang datang kalangan usia lelaki yang sudah tua.

Biasanya Lintang datang bersama Keanu. Selain dilarang pacaran dia juga memberi syarat agar Keanu mau diajak salat Subuh di masjid. Tidak boleh tidur lagi setelah Subuh supaya bisa produktif dan disiplin waktu. Tapi karena dua hari ini Keanu sakit jadi dia salat di rumah.

Terlihat yang menempati karpet hanya dua shaf saja. Dibandingkan waktu Magrib, waktu Subuh memang terkesan lebih sepi.

Salat Subuh termasuk salat yang paling pendek rakaatnya namun menjadi salat yang paling berat untuk dilakukan. Terutama bagi Lintang. Awalnya juga dia kesulitan, apalagi sampai harus berjamaah yang mengharuskan bangun sebelum azan. Namun, jika mengingat dirinya yang dulu lalai, Lintang malu. Kemarin Allah masih mengampuni, sekarang waktunya memperbaiki, bukan malah kurang ajar dengan cara malas-malasan lagi.

Setelah mengalami kehilangan Lintang pernah berpikir untuk ikut dengan dia yang telah pergi, Lintang ingin mati. Dia tidak mau makan dan minum setelah tahu bahwa seseorang yang paling ia cintai dinyatakan meninggal dunia dalam kecelakaan yang mereka alami. Untuk apa dia hidup kalau sumber kebahagiaan dan obatnya sudah tidak ada?

"Bu, Bu, Om nggak ada." Keanu melapor kepada Kenanga---ibunya sekaligus kakak perempuan Lintang.

"Maksud kamu apa? Bukannya kamu tadi di dalam jagain Om?" tanya Kenanga panik. Tadi dia pulang sebentar untuk mengambil pakaian yang baru. Dia juga datang bersama paklek dan bulek yang berniat menjenguk Lintang.

"Tadi aku ketiduran dan pas bangun Om udah nggak ada."

"Udah kamu cari ke tempat lain?" Dia membuka pintu ruang rawat Lintang, kemudian membuka toilet, tapi kosong.

Mereka pun berpencar mencari Lintang.

Keanu berinisiatif naik ke lantai paling atas, yaitu rooftop. Dia melihat sosok pria memakai baju pasien berdiri di pinggir rooftop dengan selang infus yang masih menempel di tangan.

"Ibu .... Ibu!"

Kenanga menghampiri Keanu yang berlarian mencarinya.

"Ada apa, Ken?"

"Itu ... Om Lintang mau bunuh diri, Bu! Dia ada di atap.

"Apa?" Jantung Kenanga hampir melorot ke perut.

Keanu berlinangan air mata sambil memegangi tangan ibunya, tangis dia mengundang beberapa pasang mata yang berlalu-lalang di sana. "Cepet berhentiin Om, Bu."

Di Waktu HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang