Pagi yang cerah, suara kicauan burung yang berterbangan di udara. Seorang gadis sedang bercermin memantau wajahnya, memasang jepitan berwarna hitam polos di rambutnya dan tersenyum manis.
"Perfect," ucap Arumi.
Dengan segera gadis itu, mengambil tas sekolah dan handphone-nya. keluar dari kamar dan langsung berpapasan dengan bi Sila di depan pintu.
"Morning Bibiku yang cantik," sapa Arumi.
"Morning to sayang, cantik banget, yaudah, kamu skrang ke depan ada yang nungguin," ucap bi Sila.
"Siapa yang bertamu sepagi ini bi?" tanya Arumi.
"Nanti juga tau, sana temuin, udah di tungguin sejak tadi," jawab bi Sila.
'Pasti papa,' batin Arumi dengan tersenyum mengembang.
"Yaudah bi, Arum ke depan dulu."
"Minum susu dulu," ucap bi Sila menyodorkan segelas susu kedepan Arumi.
Arumi pun meneguk segelas susu hingga tandas dan memberikan gelas kosong ke tangan bi Sila, kemudian menyalim tangan bi Sila untuk pamit.
"Yaudah bi, Arum pergi dulu," ucap Arumi.
"Hati-hati," balas bi Sila.
Arumi, gadis itu langsung berjalan kedepan dengan senyum yang mengembang, tidak sabar ingin bertemu dengan ayahnya, itu yang ada di pikirannya. Pada saat sampai di depan pintu senyumnya luntur, bukan ayahnya tetapi Rafandra, kenapa dia ada disini, itu yang ad di pikiran Arumi saat ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ngapain lo di rumah gue pagi-pagi, gak skolah Lo?" ucap Arumi datar.
"Gak liat gue pake apa? Ke skola bareng gue," jawab Rafandra tak kala datar.
"Gue berangkat sendiri," balas Arumi.
"Shit, naik!" tegas Rafandra.
"Gak," balas Arumi.
"Naik gue bilang," ucap Rafandra datar.
"Gue gak mau," balas Arumi.
"Lo mau terlambat?" tanya Rafandra sinis.
"Gue udah pesan taksi," jawab Arumi.
"Taksinya udah gue suruh pulang," balas Rafandra.
"Kok Lo suruh pulang si, sinting ya Lo," kesal Arumi.
"Cepat naik, kalau Lo gak mau terlambat," tekan Rafandra.
"Iya-iya," kesal Arumi dan langsung berjalan naik ke jok belakang motor Rafandra. Setelah Arumi naik, Rafandra menjalankan motornya meninggalkan tempat yang menjadi saksi perdebatan mereka.
Di tengah-tengah perjalanan mereka menuju ke sekolah, hanya keheningan yang menyelimuti keduanya. Tidak seperti pasangan yang pada umumnya yang suka bercanda ria di atas motor. 20 menit berlalu dan mereka pun sampai di lingkungan SMANLIM.