15

85 20 41
                                    


Happy Independence Day, Indonesia.

Info lomba yang kalau menang hadiah nya dapet si "dia"

Happy Reading😻

✨✨✨✨

"Val, sebenernya kamu mau beli baju kayak gimana?"

Aku menggerutu. Mulutku tidak henti hentinya bertanya kepada tersangka disebelahku ini. Pasalnya, dari tadi Reval keluar masuk toko yang berada di Mall tanpa membeli apa pun. Katanya dia nyari baju buat dipakai ke acara kondangan, jadi dia mengajakku untuk meminta saran. namun, sepertinya tidak ada yang cocok.

Sekarang waktunya istirahat, dan sistem di cafe itu memakai sistem bergiliran, dan kebetulan bagianku bareng sama Reval. Dengan memohon mohon, dia meminta bantuan kepadaku. Awalnya aku menolak, namun luluh juga, bukan karena kasihan, lebih ke tidak tahan. Yap, dari tadi Reval membuntutiku dan terus saja merecokiku. Telingaku sampe capek mendengarnya.

Waktu istirahat sekitar satu jam. Dengan bermodal nekat, aku dan Reval pergi ke Mall terdekat sekitar lima belas menit untuk sampai.

"Kita keliling sekali lagi yuk, Ra. Janji deh, kalau gak ada kita balik."

Aku mendelik ke arah Reval. "Kita udah keliling enam kali, Val! kamu gak capek? bentar lagi jam istirahat kita habis." Ucapku sambil berjalan ke arah kursi. Jalanku berasa melayang saking pegalnya.

Reval duduk di sebelahku. "Nah! pas tuh! berarti sekarang putaran ke tujuh, itung itung simulasi tawaf." Reval menarik tanganku agar bangkit dari posisiku yang sudah mager untuk berdiri. "Nanti gue kasih sesuatu."

"Gak mau! palingan permen yang gopean dapet dua biji." Kataku.

Dengan sekuat tenaga, Reval menarikku sampai aku bisa berdiri tegak. "Eits, hari ini gue lagi banyak duit, jadi lo bebas pilih apa pun itu." Reval membuka tas jinjing berwarna ungu terong yang sedari tadi dia bawa. Bisa dilihat se'alay apa titisan mimi peri ini.

Reval memperlihatkan apa yang ada di dalam tas itu. Sontak mulutku ternganga ketika melihat tas itu berisikan penuh dengan lembaran uang berwarna merah. Tidak tahu itu berapa, tapi banyak.

Dengan wajah songongnya, Reval berucap. "Yakin gak mau?"

Aku memelankan suaraku sambil menatap serius ke arah Reval. "Kamu bobol toko yang mana? biar aku yang balikin ke sana." Aku menutupi tas itu. Takutnya ada orang yang lihat.

Reval  berucap dengan suara yang cukup keras. "Anjir! sekate katenya ya lo, Ra! dikira aing maling, apa? ini duit halal toyyiba, kagak usah mikir yang aneh aneh. Anggap aja gue menang warisan."

Aku masih kurang yakin. "Asli halal, kan?"

"Ya udah kalau kagak mau." Reval berjalan meninggalkanku. Ish, kayak cewek aja ngambekan. Aku berjalan menyusul Reval.

"ASTAGA, VAL!"

Aku menggeplak punggung Reval yang sedang makan disebelaku. Karena kaget saat mengetahui sekarang sudah waktunya masuk, bahkan sudah terlambat setengah jam. Dan puluhan chat maupun panggilan tidak terjawab dari Pak Putra. Perasaan ponselku tidak aku silent.

My Partner is my enemy [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang