16

54 17 50
                                    

Gimana kabar kalian hari ini?

Happy Reading😻

✨✨✨

Entah sudah berapa jauh kakiku ini melangkah meninggalkan cafe. Sampai sampai aku lupa untuk membawa motor beat yang aku parkirkan. Boro boro inget bawa motor, bawa diri sendiri aja belum bener. Lihat saja, aku bahkan sudah sampai di warblak. Itu artinya sudah dekat dengan rumahku. Hebat juga, bisa lolos nih jadi atlet jalan kaki.

Capek juga ternyata pake acara jalan kaki segala. Biasanya juga ogah ogahan, mau kedepan beli nasgor aja harus pake motor, lah ini, alamat kaki bakal segede talas bogor.

Aku mampir dulu di warblak. Untuk membeli minuman karena haus parah. Aku membeli dua gelas sekaligus. Aku membeli pop ice rasa coklat. Harus ngirit, soalnya belum gajian, miris.

Dirasa sudah cukup istirahatnya, karena sudah malam juga, dengan terpaksa, aku melanjutkan petualangan yang merugikan diri sendiri dengan ya udah jalanin aja. Tapi langkahku menepi saat ada suara klakson motor. Mungkin aku berjalan terlalu tengah, pikirku. Tapi makin kesini kok klakson itu bukannya berhenti malah terus terusan. Membuatku kesal dan berhenti untuk melihat siapa pelakunya.

"Ini orang kenapa sih? kenapa semua orang hari ini pada nyebelin?"

"Hai."

Wajahku yang semula pengen ngamuk mendadak mulut ini terangkat saat tau orang itu adalah Bagas.

"Aku kira siapa." Ucapku sedikit kesal.

"Lagian cewek malem malem masih keluyuran. Gak takut diculik?"

"Tinggal tonjok aja lah." Kataku bercanda. "Gas, boleh nebeng sampe depan?" tanyaku. Sebenernya malu, tapi mau gimana lagi, kakiku udah gak sanggup lagi. Yakali harus ngesot.

"Ayo, naik aja. Lagian aku emang mau nganterin kamu." Ucap Bagas dengan memberikan helm yang dipakainya kepadaku.

Aku menerima helm itu dengan bingung. "Loh? kamu cuman bawa satu, kan? pake aja gak papa." Aku menolaknya.

Tiba tiba Bagas memasangkan helm kepadaku. Mendadak jantungku nge-freez, eh tubuhku. Gak kuat loh Mas.

"Nah, gini kan aman. Dingin juga kalau naik motor, nanti kamu sakit."

Pasti pipiku sudah merah. Tapi tenang, karena tertutup oleh helm, jadi aman.

Di sepanjang perjalanan, Bagas banyak bercerita walaupun di perjalanan aku mendengarnya rada budek, pasti banyak yang pernah ngalamin, dia ngomong apa kita jawab apa. Kadang sama sekali gak kedengeran, ditambah pake helm. Malunya tuh ketika kita bilang, apa? Padahal yang nyetir gak ngomong apa apa, tapi kedengerannya dia manggil. Itulah yang aku alami tadi pas dibonceng Bagas. Dan sepanjang Bagas ngomong, aku hanya iya iya saja, padahal jujur gak kedengeran ngomongin apa.

Setelah diantarkan pulang, motor beat yang aku tinggal tadi sudah berada di halaman rumah. Dengan setengah berlari, aku menuju ke dalam rumah.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Ibu menghampiri dan memelukku.

"Kamu dari mana saja, Ra? ibu khawatir. Kenapa motormu ditinggal? kamu pulang sama siapa?" pertanyaan ibu membuatku sedikit pusing.

Aku diam tidak menjawab pertanyaan ibu. Aku tidak tau harus menjawab apa. Dan saat menoleh ke arah ruang tamu, kaget, melihat bosku yang sedang duduk dan memperhatikan kami berdua. Sejak kapan dia di sini?

"Pak Putra ngapain disini?"

"Dia yang nganterin motor kamu, Ra." Kata ibu dengan nada yang sedikit tidak bersahabat.

My Partner is my enemy [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang