Hallo kids ini ib- eh maksudnya hallo man teman diawal tahun ini aku baru nulis lagi nih.
Ada yang kangen tidak? KANGEN KAN? KANGEN DONG YA! YA!
Karena tahun lalu banyak banget plot twist cailah, pokoknya banyak banget cobaan yang sangat sayang untuk tidak di coba, jadi mari kita menulis lagi.
Semoga aku lebih rajin nulisnya, doain ya cintaku.
Happy Reading.
✨✨✨
"Bapak kemana, bu? gak pulang lagi?" tanyaku saat melihat meja makan hanya ada ibu.
Sudah dua hari semenjak kejadian di cafe, bapak tidak pulang. Hal itu membuatku marah dan kecewa. Membuatku berfikir macam macam tentang bapak.
"Bapakmu sibuk, masih ada kerjaan yang belum selesai."
Aku hanya terkekeh mendengarnya.
"Assalamualaikum,"
Baru saja aku akan membuka mulut memakan roti, aku urungkan saat melihat bapak yang masih menggunakan setelan jas kerja.
Mendadak moodku pagi ini hancur. Padahal kemarin kemarin, aku ingin sekali bertemu dengan bapak. Entah kemana pertanyaan yang ingin sekali aku tanyakan itu.
"Zahra berangkat, assalamualaikum."
Aku pergi dengan raut yang datar menatap bapak dan menyalimi. Meskipun lagi marah, harus tetap hormat ya dik adik.
Ayo tebak, baru jam delapan udah mau ke cafe, mau apa coba? yang pasti sih dipanggil bos besar. Dikasih duit? dikasih bonus? ya tentu dikasih ceramah lah!
Inget kan, kemarin aku bolos dengan ajakannya yang gak bener bin sesat? Salah aku juga sih, mau diajak sesat bareng. Siap siap aja nih kuping panas.
"Pagi pagi udah manyun aja, neng." Reval dengan rambut yang setengah basah dengan gaya korea. Namun di mataku lebih mirip dora.
Aku mendelik. "Naon?" ucapku ketus.
Reval menarik kedua pipiku dengan tidak enaknya. "Nah gini dong. Senyum, kan tambah jelek."
Kebetulan aku parkir di sebelah motor Reval, dengan sengaja aku tendang motornya, hampir terguling kalau saja dia tidak menahannya. Sakit juga nih kaki.
"Eh buset! cicilan masih setahun ini, Ra! mana bulan kemarin belum bayar lagi!" Reval mengusap ngusap motor yang sempat aku tendang. "Sehat sehat ya sayang, aba gak punya duit kalau obet sakit." Drama sekali anak ini.
Aku menahan agar tidak tertawa, karena masih kesal, pundung. "Modelan kayak situ dipanggil aba? yang ada abu, abu lahab!"
"Itu mulutnya, kagak tau aja betapa sholeh nya temen lo ini, Ra." Dengan wajah yang percaya diri.
"Yang waras ngalah." Aku langsung pergi, karena malas beradu mulut dengan titisan mimi peri itu.
Aku menatap pintu yang sedikit terbuka, terdengar suara perempuan dari dalam. Yang tadinya akan aku ketuk pintu, jadi aku urungkan. Dan alhasil, aku menunggu di luar. Gak papa udah biasa nunggu, nunggu Bagas nembak, eh. Menunggu sampai perempuan itu keluar, dan sekalian menunggu Reval.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Partner is my enemy [HIATUS]
Fiksi UmumYang kepo ceritanya langsung baca aja yuk