Chapter 14

180 19 6
                                    

Calum's POV

"Lo ngeliatin apa sih?" Luke menengok ke arah jendela, mencoba melihat apa yang sedari tadi aku lihat.

"Bukan apa-apa." Aku menyeruput kopi yang ada di hadapanku. "Aku hanya...." Aku menghela napas dan tak melanjutkan ucapanku. Iya, aku terbayang sosok Ari. Aku merasa aku melihatnya, disana, di gedung seberang jalan.

Mana mungkin dia di Los Angeles? Dia di Sydney. Dan mungkin dia sudah mempunyai kekasih atau sudah menikah dan hidup bahagia.

Aku tersenyum pada diriku sendiri.

Tidak.

"Bro... Udahlah! Lo masih bisa cari cewek lain. Dia cuma satu dari sekian cewek cantik di dunia ini."

Aku menatap matanya tajam. Mendengar ucapan Michael, darahku serasa mendidih dengan cepat. Luke yang menyadarinya menahan Michael dengan memberi isyarat mata.

"Mike..."

"Apa?!" Dia menoleh pada Luke dan kembali menoleh padaku. "Emang bener kan?! Dia harusnya move-on, gak stuck kayak gini..."

Aku sudah tak bisa menahan emosiku lagi. Tanganku seolah sudah siap mengeluarkan rasengan.

"Michael!" Sergah Ashton.

"Gue ngomong apa adanya kok!" Belanya. "Banyak cewek di luar sana yang masih mau sama lo Cal, jadi ngapain lo masih ngarep sama cewek yang udah jelas ja.uh dari jangkauan lo!" Michael memberikan tekanan pada kata ja dan uh.

Jantungku berdegup diluar kendali. Aku berdiri dan mencengkeram kerah baju Michael. Satu tinju kanan sudah siap aku layangkan ke wajahnya. Tapi aku menahannya. Luke menahanku dan Ashton menahan Michael. Aku luncurkan tinjuku ke atas meja dan melepas kerah baju Michael.

"Fuck you!"

Kata terakhir yang aku ucapkan tepat di wajah Michael sebelum aku meninggalkan meja.

Aku keluar dari kafe dan berjalan menyusuri jalan yang tak begitu ramai dan berhenti di mesin penjual rokok otomatis. Aku memasukkan beberapa lembar dollar dan menunggu sebungkus rokok keluar dari mesin.

Dari kejauhan terdengar langkah cepat diiringi suara yang memanggil namaku. Sudah pasti Luke. Aku sama sekali tak menolehnya dan kembali berjalan.

Aku mengeluarkan sebatang rokok - yang baru saja aku beli - dari bungkusnya, kuletakkan disela bibirku dan sebuah tangan menempel di pundak kananku saat aku menyulutnya, membuatku berhenti.

"Gue tau... elo... gak tuli..." Katanya sambil ngos-ngosan.

Aku menghembuskan asap dari mulutku dan menoleh ke arah Luke. "Lo juga gak harus ngejar gue."

Ari's POV

Aku masih belum bisa memejamkan mata. Aku menutup kepalaku dengan bantal namun tetap saja. Aku bangkit dan mengambil korek api dan kotak rokok di laci meja. Sejak kapan aku merokok? Sejak usiaku dinyatakan legal untuk melakukannya.

Aku membuka jendela dan berjalan menuju kursi yang sengaja aku letakkan di balkon. Aku menyulut rokok dan memandangi langit. Rembulan berada tepat di atas kepalaku. Aku menghembuskan asap dari mulutku dan membentuk lingkaran-lingkaran yang kemudian hilang diterpa angin malam.

Ayah, Ibu, Nenek. Aku rindu kalian. Apakah kalian merindukanku? Apakah kalian bisa melihatku?

Andai saja waktu itu kalian mengajakku bersama kalian, mungkin aku tak akan merasa kesepian seperti sekarang.

Aku memejamkan mata. Aku siap bertemu kegelapan. Dan saat aku membuka mata, puntung rokokku sudah berada di lantai dan padam. Dan hal kedua yang aku lihat adalah...

Matahari?

God! Aku tertidur diluar. Lagi?!

Aku berbegas masuk dan melihat jam di ponselku.

9:37 a.m

Damn!!!

Calum's POV

Aku duduk di sofa di depan tv dengan kaki di atas meja. Sekaleng soda di tangan kiri dan remote tv di tangan kanan. Aku tak sedang benar-benar menonton tv karena yang aku lakukan hanya memindah-mindah channel tv tanpa tahu apa yang aku lihat dan dengan cepat remote itu berpindah tangan. Aku mendapati Michael yang membanting tubuhnya di sampingku sambil mengganti channel tv ke Disney Channel. Terpampang The Lion King disana. Aku hanya menatapnya sekilas dan kembali ke layar tv.

"Hah... Gue minta maaf." Katanya menghela nafas dan mengalihkan pandangannya padaku. Tak ada sedikitpun niatku untuk balas memandangnya.

"Buat apa?"

"Gue tau lo belum move-on dari Ari." Dia menghela napas. "Gue juga belum."

Aku sedikit terkejut saat mendengar kalimat terakhirnya.

"Lo apa?"

The Golden Smith (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang