Chapter 18

161 15 0
                                    

"Lo liat siapa?!" Aku membelalakkan mata seolah tak percaya.

"Elah men... Gue kayak liat Ari tadi pas di jogging track."

Ari?!

"Tapi kayaknya bukan deh, mungkin mirip aja."

Aku terdiam. Entahlah. Waktu itu juga aku seperti melihat dia. Di sana di gedung seberang kafe. Dia duduk dan menopang dagu.

Aku, merindukannya.

"Woy!" Luke berteriak di depan mukaku yang seketika membuyarkan lamunanku.

"Apa?" Tanyaku tanpa dosa.

"Ah elah... Udah jangan dipikirin, mungkin emang gue aja yang salah liat."

"I'M HOOOOOME!!!" Suara Michael yang lantang seketika memenuhi ruangan. Di susul dengan Ashton.

Michael tersenyum lebar sambil memamerkan se-bucket ayam goreng dan dua box pizza. Ashton di belakangnya membawa sekantung besar berisi beberapa chips dan dua botol soda berukuran besar.

"Waaahhh!" Kata Luke yang kegirangan menyusul chips yang dibawa Ashton. Dan aku hanya tercengang melihat itu semua.

"Kalian mau bikin party?" Tanyaku heran. Michael meletakkan bucket ayam goreng dan dua box pizza-nya di hadapanku.

Author's POV

Malam ini sangat sunyi dan dingin, tidak seperti biasanya. Sepanjang jalan juga terlihat hanya beberapa kendaraan yang beralu-lalang.

Gadis itu masih terduduk di sudut kamarnya, dengan asap rokok dan tetesan darah dari beberapa goresan pisau cukur di lengan kirinya. Pikirannya melayang entah kemana. Yang dia tahu saat ini adalah semua dengungan di kepalanya telah pergi.

Dia tak memungkiri bahwa dia menyesal atas dirinya saat ini. Dia juga menyesali apa yang telah dia perbuat pada dirinya.

Aku menyedihkan.

Bisiknya dalam hati.

Pantas jika dia pergi begitu saja. Rupanya dia sadar bahwa aku bukan siapa-siapa. Aku tak lebih dari gadis buangan.

Di seberang jalan sana terlihat sepasang mata yang mengawasinya tanpa dia ketahui. Dia Calum.

Kali ini dia datang sendiri dan hanya ingin menghabiskan waktunya untuk memikirkan sesuatu sendirian. Namun matanya sudah tertuju pada gadis di gedung seberang jalan. Dia hanya duduk di kursi di sudut ruangan dekat jendela dengan kepulan asap rokok yang keluar dari mulutnya.

Calum merasa gadis itu kesepian. Sama seperti dirinya.

Mungkin dia juga kehilangan seseorang. Sama sepertiku. Batin Calum.

"Cal." Sebuah tangan mendarat di pundak Calum. Dia mendongak dan menemukan Michael yang kemudian duduk di depannya.

"Kenapa lo kesini?" Calum mengalihkan pandangnya kembali ke gedung di seberang jalan. Michael mengikuti arah pandangan Calum dan melihat apa yang selalu mencuri perhatian Calum selama ini. Dia hanya tersenyum.

"Lo udah move-on ya?" Tanyanya, yang lebih tepatnya dengan nada sindiran.

Calum melihat Michael yang menyeruput kopinya tanpa ekspresi dan mengalihkan pandangannya lagi tanpa menjawab pertanyaan Michael.

"Bagus deh kalo udah move-on."

"Dia ngingetin gue sama Ari. Dia sendiri, kesepian. Sama kayak gue." Jelas Calum yang matanya masih terpaku pada gadis di gedung seberang.

Michael hanya tertunduk dengan seulas senyum di wajahnya sadar bahwa temannya yang satu ini benar-benar keras kepala. Michael benar-benar tak habis pikir dengan sikap Calum yang entah disebut apa namanya.

"Lo suka sama gadis yang benar-benar di luar jangkauan." Gumam Michael yang lebih kepada dirinya sendiri. Calum hanya menggelengkan kepala dan tersenyum mendengarnya.

"Se-enggak-nya gue masih berusaha ngejangkau dia dan gue gak bakal nyerah."

Entah demi apa nih bocah masih ngarepin dia.

The Golden Smith (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang