Chapter 25

280 19 2
                                    

"She sits at home with the lights out... Seeing life in different colours..."

Ari masih bergeming. Darahnya seolah membeku, seluruh ototnya lemas dan dia serasa tak punya tulang.

"I think it's time that we wake up... So let me take you away..."

Dia menatap lekat-lekat lelaki di depannya ini. Ini memang Calum. Calumnya dulu. Tatapan matanya tetap setajam dulu tapi rambutnya berubah dengan sedikit highlight berwana pirang. Dia berbeda, namun tetap sama.

"We can run down the street, with the stars in our eyes... We can tear down this town, in the dark of the night... Just open the door, there's time on our side, we can make it out alive..."

Ingin sekali Ari berlari dan berteriak saat ini, atau memeluk Calum dan menangis dalam dekapannya, tapi kakinya seolah terpaku di lantai dan tak bisa bergerak sama sekali.

"Hey we're taking on the world... I'll take you where you wanna go... Pick you up if you fall to pieces..."

"Ari!!! Aku senang sekali!" Teriak Chloê sambil melompat-lompat mengikuti alunan musik dan mengangkat ponselnya untuk merekam gambar mereka.

"Let me be the one to save you... Break the plans we had before... Let's be unpredictable"

Ari sama sekali tak menanggapi Chloê. Dia masih melihat Calumnya tak percaya.

"Pick you up if you fall to pieces... Let me be the one to save you"

"You ok?" Tristan sedikit khawatir karena sejak awal konser Ari memang diam saja tanpa aktivitas apapun, kebalikan dari orang-orang disekitarnya. Ari tetap diam sambil membekap mulutnya.

Luke terlihat membisikkan sesuatu pada Calum yang membuatnya sedikit terkejut dan membelalakkan matanya.

Calum mengedarkan pandangannya namun gagal menemukan apa yang dia cari. Dia kembali pada Luke dan membisikkan sesuatu.

Keduanya mendekat ke microphone milik Luke dan Michael ikut bergabung. Mereka bernyanyi bersama dengan satu microphone. Luke melirik Calum dan memberinya tanda dengan melirik ke bawah.

"Hey we're taking on the world... I'll take you where you wanna go... Pick you up if you fall to pieces..."

Betapa terkejutnya Calum dengan apa yang dia lihat. Calum melihat gadisnya. Tepat di depannya sekarang. Ari tersadar dan mata mereka bertemu. Keduanya bergeming. Tanpa terasa mereka berdua menitikkan air mata. Luke buru-buru menyadarkan Calum dari lamunannya.

"WAAAAA!!!!!"

Semua gadis berteriak semakin keras, tidak terkecuali Chloê. Chloê menoleh ke arah Ari yang kini berlinang air mata. Chloê mencolek punggung Tristan dan memberinya tatapan 'ada apa denganya?' Dan Tristan hanya menggedikkan bahunya dan kembali melihat Ari cemas. Sedangkan Calum tak melepaskan matanya sedikitpun dari Ari meskipun sesekali dia berlari kesana-kemari.

"Ari!" Teriak Chloê sambil menggoyang-goyangkan bahu Ari.

Ari tersadar dari lamuannya dan beranjak pergi dengan air mata di kedua pipinya. Calum terlonjak dan hendak mengejar Ari namun Luke sadar dan segera menghentikannya. Luke melihat Calum dengan pandangan 'Lo mau ngecewain mereka?!' sambil mengarahkan tangannya ke arah penonton yang tak hentinya bersorak.

Fuck! Umpat Calum dalam hati.

Calum segera menghentikan egonya dan kembali memainkan bass meskipun dalam hati dia ingin sekali mengejar gadisnya.

Ari yang tak bisa lagi menahan emosinya. Dengan susah payah dia menerobos manusia yang berjubel seperti semak belukar. Chloê dan Tristan mencoba mengejarnya tapi kehilangan jejak.

"Permisi." Katanya menerobos keramaian dan sesekali sambil mengusap air mata.

"Watch out!"

"Maaf. Permisi."

Ari berhasil melewati 10 menit yang menyusahkan, tersandung juga tercakar dan menguras tenaga juga emosi, akhirnya Ari sampai di luar stadion, tanpa Chloê maupun Tristan.

Ari berlari tanpa arah hingga berhenti di depan taman bermain. Dia berjalan gontai dan duduk disebuah ayunan. Langit gelap dan sepertinya akan ada hujan deras. Ari tak peduli. Dia diam dan menangis sendiri disana. Meluapkan segala kekecewaan dan kesedihan.

Dia tidak tahu harus bahagia atau sedih, harus tersenyum atau menangis, karena di satu sisi dia senang bisa melihat Calumnya lagi tapi disisi lain Ari benci karena Calum pernah meninggalkannya.

Hampir satu jam Ari duduk sendiri dan menangis di ayunan. Tak ada siapapun disana. Tentu saja. Mana ada orang yang akan bermain di taman malam-malam begini.

Terasa tetes air mendarat di jemari Ari. Gerimis. Dan gelap. Ari melihat sekeliling dan tak tahu ia sedang berada dimana sekarang, dia baru sadar kalau dirinya tersesat. Dia tak peduli, dia akan menginap disini jika itu adalah satu-satunya pilihan.

Terdengar langkah kaki dari kejauhan yang semakin mendekat. Ari tak sedikitpun menoleh apalagi gentar. Ia sama sekali tak peduli. Tak peduli jika itu orang jahat yang mungkin akan menculik dan membunuhnya.

Tak mungkin itu Chloê, mungkin Tristan.

Suara langkah itu berhenti tepat di samping Ari. Ari memiringkan sedikit kepalanya sehingga dia bisa melihat kakinya.

"Apa maumu?" Tanya Ari tanpa menoleh.

"Ayo pulang. Akan kuantar." Laki-laki itu mengulurkan tangannya di hadapan Ari.

"Tidak usah." Jawab Ari dingin.

"Ini hujan, kau bisa sakit."

"Apa pedulimu?"

Laki-laki itu menghela nafas dan memindah posisinya menjadi berjongkok di depan Ari. Dia meraih kedua tangan Ari dan menggenggamnya erat.

Ari terkejut namun tetap berusaha acuh. Ari memalingkan wajah selagi laki-laki itu memandanginya dalam rintik hujan. Mungkin laki-laki itu bisa merasakan detak jantung Ari yang kini berdegub seperti langkah kuda pacu di arena dari ujung jemarinya.

"Ari. Maafkan aku." Sekarang laki-laki itu tertunduk dan suaranya bergetar. "Aku tidak bermaksud pergi begitu saja. Aku tidak bermaksud meninggalkanmu. Maafkan aku." Ari tetap diam. "Aku tersiksa Ari, aku sakit..."

"Aku sakit menerima kenyataan aku harus pergi. Sudah cukup aku harus jauh darimu dan sekarang aku tidak ingin kehilanganmu. Kau- kau membuatku gila Ari!" Nadanya mulai tinggi. "Kau selalu berputar dalam kepalaku. Kau selalu datang dalam setiap mimpiku. Kau tumbuh dalam imaginasiku. Kau..." Dia menggantungkan kalimatnya dan terisak. Oh tidak. Dia mulai menangis.

Ari ingin marah tapi tak bisa. Ari membeku dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Ingin sekali dia memeluk laki-laki dihapannya dan mengusap air matanya dan mengatakan betapa Ari sangat merindukan dirinya. Namun disisi lain dia juga ingin berteriak sekuat tenaga di depan wajahnya, agar dia tahu betapa Ari juga tersiksa selama ini.

"Kau- kau meninggalkanku Calum."

"Tidak. Aku tidak bermaksud sama sekali. Aku tidak ingin jauh darimu."

Ari memandang Calum lekat-lekat. Walaupun ditengah hujan, Calum masih bisa melihat mata coklat indah milik Ari.

"Kau tau? Jika aku bisa memilih, aku akan memilih untuk kembali ke masa itu dan mengajakmu pergi bersamaku."

Air mata Ari menitik bersama derasnya hujan. Dia sebenarnya benci harus bersikap seperti ini, dia tidak bisa bersikap seperti ini karena Calum bisa dengan mudah membuat hati Ari luluh. Tapi Ari mencoba untuk tidak memperlihatkannya.

"Ayo pulang." Kata Calum tersenyum dan berdiri menggandeng tangan Ari. Tubuh Ari bergetar karena dingin sehingga Calum kembali berjongkok membelakanginya. "Naiklah." Ari hanya diam. Dengan ragu Ari memanjat punggung Calum dan memeluknya erat. Calum memegang kaki Ari erat kemudian berdiri dan mulai berjalan perlahan meninggalkan taman.

"Berjanjilah kau tak akan meninggalkan aku lagi."

"Aku bersumpah. Selamanya."

The Golden Smith (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang