Eight

693 92 5
                                    

「-」

"Makasih, Dam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasih, Dam. Gue pergi duluan oke? Lo jangan marah, ntar kita omongin lagi."

Yedam merasakan pipinya ditepuk dua kali sebelum suara orang orang itu menghilang dari pendengarannya.

Lelaki itu kemudian bangkit. Dengan langkah gontai berjalan sembari berpegangan pada tembok karena luka yang ada di kakinya. Namun sedetik kemudian tubuhnya merosot, dengan dirinya yang kembali terduduk bersandar pada tembok sembari meringis sebelum akhirnya tertawa kecil.

"Kak Mashi sama kak Jae kira kira tau nggak ya, gue kayak gini?" ujarnya.

"Andai aja gue orangnya sekuat mereka, sekuat kak Jihoon mungkin. Gue bisa gebukin balik mereka. Tapi bodoh lo, Dam. Kalau lo kuat pasti lo nggak bakal diginiin. Tapi yang lebih bodohnya lagi gue mikir gitu yang jelas jelas gue udah lahir dan nggak bisa ngubah apapun." tambahnya.

Yedam meringis ketika ia meraba sudut bibirnya. "Ma, liat deh. Yedam udah kayak orang murahan banget nggak sih? Makin gila lagi kalau ketahuan orang orang kalau Yedam ngomong ngomong sendiri kayak gini. Kalau mama bisa denger, Yedam cuma mau bilang makasih udah dibiarin punya saudara yang super sibuk. Jadinya kan nggak tanggung tanggung ya sakitnya."

Yedam lalu bangkit dan meraih tasnya. Berusaha memperbaiki penampilannya dan lanjut jalan pulang. Sembari memikirkan alasan apa yang akan disampaikannya nanti.

"Jeongwoo? Ngapain diluar? Lo kenapa, woo?" Yedam berjongkok di depan Jeongwoo.

Jeongwoo hanya menggeleng lalu kembali membenamkan wajahnya membuat Yedam mengerutkan keningnya bingung.

"Coba pikir deh, kak. Kalau aja Kak Jihoon bisa kontrol emosinya mungkin Junghwan nggak akan kayak gini! Bukannya harusnya dia lebih tau dan ngerti?"

Sayup sayup suara Jaehyuk terdengar. Yedam melirik Jeongwoo sekilas sebelum akhirnya melangkah masuk kedalam rumah.

"Terus lo mau salahin Jihoon doang, Jae? Iya Jihoon salah. Tapi lo harus tau apa alasan dia lakuin itu. Lo nggak bisa anggap itu sepele! Lo nggak bisa hakimin Jihoon dengan sudut pandang lo doang yang cuma bisa jelas liat Junghwan yang berakhir gini gara gara dia. Terus Jihoon gimana? Mending jaga ucapan lo, Jae." balas Yoshi.

Asahi memegang pundak Jaehyuk. "Jae! Stop!"

"Apa? Cuma karena foto bunda sama ayah itu kan? Kalau cuma gara gara foto itu ilang kebakar kak Jihoon sampai kayak gitu, terus kakak pernah nggak mikirin nasib kita selama ini? Kita juga nggak megang kenangan apapun! Semuanya juga udah ikut kebakar! Tapi kita nggak pernah usik masa lalu lo kak!"

"Kak.., Jaehyuk. Udah.."

"Terus lo sendiri gimana? Hah? Seenteng itu lo bicara buat ngehakimin Jihoon. Nyalahin dia seenaknya seolah kata yang terlintas di otak lo itu yang paling bener! Emang lo nggak nyadar selama ini apa yang lo lakuin sama Junghwan? Huh? Pernah nyadar nggak lo?!"

Dear Treasure Mom || [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang