Twenty one

693 98 17
                                    

「The feelings I keep..」

Haruto bangkit dari posisinya dengan ringisan kecil yang keluar dari mulutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haruto bangkit dari posisinya dengan ringisan kecil yang keluar dari mulutnya. Benturan itu tidaklah pelan, cukup untuk membuatnya merasakan sedikit ngilu. Menatap Mashiho yang juga melihat ke arahnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Memilih untuk pergi ke kamarnya Haruto mulai melangkah.

"Gue nggak nyangka hubungan kita mulai sehancur ini kak." suara berat Haruto kembali bersuara.

"Ini yang lo pengenin kan Ru."

Balasan Mashiho itu mampu membuat langkah Haruto terhenti. Tidak berniat berbalik bahkan hanya sekedar untuk menunjukkan senyum simpulnya Haruto terkekeh.

"Anggep aja itu bener, kak. Karena gue lebih milih hubungan kita hancur asalkan kalian semua bisa kembali inget sama mama. Mama kita yang udah nggak ada lagi.. Dan buat wanita sialan itu nggak bakal bisa dapet apa yang dia mau. Gue lebih milih seperti sekarang."

Tangan Mashiho mengepal kuat menahan gejolak emosi yang ada di dadanya. "Kenapa, Haruto? Harus  berapa kali tangan gue yang harus bertindak buat sadarin lo kalau ini semua bukan salah mama Ji? Udah cukup Ruto-yaa.. Udah cukup kita nyakitin orang yang nggak salah."

"Emang lo ada bukti kalau dia nggak ada salah kak?"  balas Haruto menekan semua kata katanya.

"Dan lo? Apa lo juga punya bukti kalau mama Ji adalah penyebab mama sama ayah nggak ada? Penyebab dari hidup kita kayak gini? Lo, bahkan kita semua juga nggak tau apa apa soal semua ini. Stop lo lanjutin omong kosong lo Haru."

Haruto kembali terkekeh. "Lo bodoh kak!!"

"Ulangin."

"Lo bodoh, kak!"

Bugh!

"Kakak udah kak!! Udah!!!!"

Doyoung datang berusaha mencegah Mashiho untuk meneruskan niatnya-bertindak lebih jauh-memukul habis habisan Haruto.

"Udah kak!! Gue mohon udah!!"

"Lo diem aja lo nggak tau apa apa Doy!!"

"Gue tau kak!!"

Doyoung mendorong tubuh Mashiho menjauh. Habis sudah kesabarannya, ia sudah muak melihat saudaranya seperti ini.

"Bisa nggak sehari aja? Sehari aja kita semua damai?!!" teriak lelaki itu menatap Mashiho lelah.

"Apa? Kakak pikir gue nggak capek sama kayak kalian hah? Gue nggak mati rasa kak!! Gue belum mati kak Mashi!!!"

Kakak beradik itu saling tatap. Beradu dengan perasaannya masing masing.

"Kakak jangan lupa kalau gue juga adek lo, kak. Gue juga ngalamin hal yang sama kayak kalian. Gue juga anak mama sama ayah!! Dan gue masih bernafas juga ngerasain sakit yang sama kayak lo!"

Dear Treasure Mom || [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang