20

8 1 0
                                    

Orang yang terlihat bodoh,
tak selamanya bodoh. Begitupun sebaliknya.

_____________

Esoknya saat matahari terbenam, benar saja sesuai perkataanya kemarin bahwa pangeran Huwen akan menunggu kedatangan seseorang yang dicurigai telah mendalangi penyusupan istana di hutan sebelah barat. Meskipun dirinya tidak terlalu yakin orang itu akan datang, tak ada salahnya bukan jika mencoba?. Lagipula, saat ini dirinya telah memiliki umpan untuk bisa mengundangnya lain kali jika saja orang yang di carinya tidak muncul.

"Pangeran, anda tetap ingin menunggu orang itu?" tanya seorang prajurit yang memang sengaja di ajak oleh pangeran Huwen.

"Kita tunggu sebentar lagi. Jika dia memang tidak datang juga, kita kembali ke istana" putusnya karena memang mereka berdua telah lama menunggu.

Srek...srek

Sebuah suara yang tiba-tiba, mengalihkan perhatian keduanya. Dengan isyarat anggukan kepala, pangeran Huwen dan prajurit yang di bawanya secepatnya mungkin berpisah dan bersembunyi terlebih dahulu di balik pepohonan. Mereka hanya berjaga-jaga jikalau yang datang adalah musuh. Dan benar saja. Rupanya, memang yang datang ialah orang yang mereka tunggu-tunggu sedari tadi. Kenapa bisa tau? Jawabanya adalah orang yang baru saja datang dari jarak beberapa beberapa meter jauhnya itu sudah berteriak-triak tidak jelas memanggil nama pangeran Huwen seperti orang gila.

"Saya kira anda hanya menggertak yang mulia pangeran Huwen" sambut orang tersebut begitu pangeran Huwen memperlihatkan dirinya.

"Pantang bagiku untuk menjilat ludah sendiri"

"Benarkah? Tapi bagiku melenyapkan nyawamulah yang terpenting" kata orang tersebut yang tanpa aba-aba langsung menyerang pangeran Huwen.

Sempat kewalahan, untunglah pangeran Huwen mampu mengendalikan situasi meski belum bisa melumpuhkan lawan. Sepertinya orang di depannya ini telah sangat terlatih dan tidak bisa dianggap remeh. Namun satu yang pasti, lawannya ini bukanlah orang yang dirinya cari karena posturnya sangat berbeda dengan orang yang dilihat nya kemarin dan dirinya yakin tidak salah menebak siapa dalangnya karena orang yang dirinya lihat  tampak sangat di segani dan dihormati oleh si penyusup dan tak mungkin pula seorang penjahat akan memperlihatkan dirinya dengan mudah karena pasti akan terancam.

"Aku tau kau bukanlah orang yang kucari. Jadi selagi aku masih berbaik hati, katakan siapa dan dimana orang itu" tekan pangeran Huwen begitu dirinya berhasil memojokkan lawan

"Kau mengada-ngada pangeran. Jika kau tau aku bukan orang yang kau cari, tentunya kau tak akan bertanya siapa dan dimana orang itu"

"Jangan kira aku bodoh! Jika kau tak mau mengaku, rekanmu akan habis di tanganku"

Terdiam, seakan ada sesuatu yang menahan gerakanya saat mendengar nyawa rekanya terancam. Biar bagaimanapun, dirinya tak ingin mengorbankan rekanya begitu saja. Hingga tanpa dirinya sadari, pangeran Huwen telah mengunci tubuhnya yang jujur saja sudah sangat lelah ditambah luka-luka yang membuatnya semakin lemah sampai akhirnya ambruk ke tanah.

"Kau boleh menang sekarang pangeran. Tapi ingat aku pasti akan membunuhmu suatu saat nanti" katanya lirih. Tanpa disangka, bukanya mengayunkan pedang atau kembali menyakiti, pangeran Huwen justru mengulurkan tangannya hendak memberi bantuan.

"K..kau.."

"Aku tidak akan melukaimu. Berdirilah"

Dengan ragu, pria itu menerima uluran tangan pangeran Huwen.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang