28

5 1 0
                                    

Dalam bangunku dan mimpi indahku
Hanya dirimulah yang selalu kutuju

_____________

Gelap dan pengap, itulah yang pertama kali kaisar Yuwen dan panglima perang Ryon rasakan. Entah mengapa meskipun hari telah pagi bahkan beranjak siang, gua ini sangatlah gelap. Dengan penerangan seadanya dari sebuah obor yang berada di tangan masing-masing, keduanya menyusuri lorong-lorong gua yang terasa sangat jauh dan tidak berujung.

"Seberapa jauh lagi kita harus berjalan gege?" tanya kaisar Yuwen mulai kesal

"Entahlah yang mulia"

"Awas saja jika ternyata kita ditipu oleh San, Fen atau siapalah itu. Akan ku beri pelajaran"

"Jangan lupakan diriku yang mulia, sayapun juga akan melakukan hal yang sama jika sampai itu terjadi"

Semakin lama mereka berdua berjalan, keduanya semakin merasa putus asa dan mulai benar-benar merasa tertipu. Namun karena mereka belum menemukan ujung gua, kedua orang tersebut tetap melanjutkan perjalanan dengan harapan putri Aurora benar-benar berada disini meskipun kemungkinanya kecil sampai kaisar Yuwen dan panglima perang Ryon melihat sebuah cahaya obor yang sengaja dipasang di sela-sela dinding gua. Berpandangan sejenak keduanya lantas mengangguk secara bersamaan dan berjalan dengan mengendap-endap untuk melihat situasi.

Semakin dekat, kaisar Yuwen dan panglima perang Ryon membuang obor di tangan mereka kesembarang arah agar jika benar disana ada orang, mereka tidak ketahuan. Dan benar, ternyata di ujung gua ada dua orang dengan posisi membelakangi kaisar Yuwen dan panglima perang Ryon yang sepertinya sedang membakar ikan dilihat dari bau khas yang menguar. Sementara di sudut gua yang bersebrangan, Putri kecilnya dengan tega diikat di sebuah batu berukuran sedang berbentuk lonjong dan mulutnya pun di tutup oleh sebuah kain. Tampak sekali wajah polos itu sangat ketakutan. Saat pandangan kaisar Yuwen bertemu dengan pandangan putri Aurora, dirinya segera menempelkan jari telunjuknya ke mulut sebagai isyarat untuk diam. Namun terlambat, dua orang penculik itu telah menyadari keberadaan kaisar Yuwen dan panglima perang Ryon karena bayangan keduanya yang tercipta dari cahaya api unggun.

"Siapa kalian?!" tanya salah satu dari kedua orang itu setengah berterial

"Kalian tidak perlu tau siapa kami. Cepat lepaskan putri Aurora selagi kami memintanya baik-baik" balas panglima perang Ryon

"Punya nyali kalian ingin menyelamatkanya hah?!"

"Kenapa tidak?" sahut kaisar Yuwen mengeluarkan pedangnya.

Trang....
Trang....

Pertarunganpun tak bisa dihindari, menciptakan alunan pedang berdenting yang menggema keseluruh penjuru gua. Tampak kaisar Yuwen mengayunkan pedangnya membabi buta karena tak sabar ingin menumbangkan lawan begitupun dengan panglima perang Ryon.

"Sebenarnya siapa kalian, dan apa tujuan kalian ingin menyelamatkan putri Aurora?" tanya pria yang berhadapan dengan panglima perang Ryon

"Dasar bodoh. Apa kau benar-benar tidak bisa menebaknya?"

"Pedang...pedang orang ini, bukankah pedang khusus milik anggota atau orang kepercayaan istana....jangan-jangan?" batinya saat menyadari sesuatu.

"Tunggu, kami menyerah" katanya tiba-tiba membuat tiga orang disana yang mendengarnya menghentikan gerakan pedangnya.

"Apa maksudmu gege?!" kini pria yang berhadapan dengan kaisar Yuwen menyahut

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang