31

8 1 0
                                    

Lekat bayangmu
masih selalu menghiasi hariku

_____________

Selesai acara, pangeran Yuwen dan permaisuri Qian mendatangi wisma khusus milik panglima perang Ryon bermaksud ingin melihat keadaan Fan. Secepatnya, mereka ingin menyelesaikan permasalahan yang ada agar supaya tidak berlarut-larut dan menjadi perkara yang besar.

"Silahkan masuk yang mulia" kata panglima perang Ryon mempersilahkan

"Dimana Fan? Kau bilang dia ada di wismamu"

"Sore tadi, saya sengaja memindahkanya ke penjara bawah agar tidak ada yang mencurigai keberadaanya disini"

Penjara bawah adalah penjara khusus yang biasanya digunakan untuk memenjarakan orang-orang dengan kejahatan sangat berat seperti penghianat kerajaan dan kejahatan fatal lainya. Penjara bawah juga merangkap sebagai tempat eksekusi sekaligus jika kaisar mengadakan hukuman tertutup. Hal ini tentu saja sangat berbeda dengan penjara biasa yang tempatnya pun masih lumayan nyaman. Meski sangat jarang pesakitan yang di tahan disana, penjagaan tetaplah sangat ketat sampai-sampai terasa sangat mustahil jika ingin kabur.

"Bagus. Keputusan yang tepat gege"

"Emm maaf menyela. Ryon gege, ada yang ingin kutanyakan" kata Qian Li

"Apa itu permaisuri?"

"Sebelumnya, bagaimana kau tau atau yakin jika Fan terlibat dengan penculikan putri Aurora?"

"Oh, itu...pertama, saat anda memberitahu jika Fan memanggil pelayan yang menjaga putri Aurora untuk keluar dengan alasan ada barang titipan seolah-olah agar beliau sendirian di kamarnya saya langsung berasumsi jika dia memang sengaja untuk mengalihkan perhatian. Kedua, saat saya menyelidikinya ada dua orang mencurigakan datang menemuinya tengah malam dan menyinggung soal hilangnya putri Aurora padahal kita tau sendiri jika yang mulia kaisar tidak menyebarkan apapun tentang hal ini bahkan kepada para mentri dan hanya pihak istana yang tau"

"Woah ternyata pikiran juga instingmu sangat tajam Ryon gege"

"Gege, apa mentri pertahanan kiri tidak akan mencarinya? Fan sudah kau tahan dua hari ini" tanya kaisar Yuwen

"Anda tenang saja yang mulia. Sebelum aku membawanya pergi dia sudah kuperintahkan untuk menulis pesan jika dia pergi untuk sementara waktu ke tempat yang terpencil, lagipula dia sering melakukanya jadi mentri pertahanan kiri tidak akan curiga"

"Lagi-lagi kau menunjukkan padaku kalau kau sangat bisa diandalkan gege. Kalau begitu sekarang mari kita kepenjara untuk menemuinya. Ada yang ingin kukatakan padanya" kata kaisar Yuwen yang di angguki oleh panglima perang Ryon.

Di penjara, Fan yang tadinya duduk termenung di pojokan sel, seketika berdiri begitu melihat kedatangan kaisar Yuwen dan yang lainya.

"Yang mulia...tolong, tolong ampuni saya yang mulia, saya mengaku salah karena telah berani menculik putri anda" kata Fan memohon

"Itulah mengapa aku disini. Aku akan memberimu sebuah penawaran, kau akan ku ampuni bahkan hukumanmu pun akan berkurang tapi aku punya syarat"

"Apa...apa syaratnya yang mulia kaisar?"

"Aku ingin, kau menjadi saksi di pengadilan ayahmu yang akan segera kugelar dan pastikan kau memberikan saksi yang sebenarnya. Jangan ada yang di tambah juga di kurangi karena aku sudah mengetahui semuanya perihal kejahatan mentri pertahanan kiri. Ah....sekedar informasi saja, dua orang suruhanmu telah kami tangkap"

"Baik. Baik yang mulia, saya akan coba melakukanya sebaik mungkin dalam bersaksi" sambar Fan tanpa pikir panjang lagi.

Meski yang dilakukanya tentu akan mengancam kesejahteraan posisi ayahandanya yang telah sejak lama di pertahankan mati-matian, dirinya tak peduli dengan hal itu. Yang terpenting Fan bisa terlebih dahulu bebas dari hukuman istana baru setelah itu dirinya akan memikirkan langkah yang bisa di tempuh untuk selanjutnya.

"Bagus" kata kaisar Yuwen puas.

*****

"Hah..... melelahkan sekali hari ini" kata selir agung Xia sembari melepas rompi pakaianya.

Merasa kehausan, selir agung Xia meraih gelas di atas meja dan mengisinya dengan teh matcha yang berada di teko. Saat hendak kembali meletakkan teko teh tersebut, dirinya melihat sebuah kertas yang dilipat kecil. Karna penasaran selir agung Xia pun membukanya. Rupanya terdapat tulisan samar di kertas tersebut.

Semuanya akan segera terbongkar, Tunggulah waktunya

Begitulah sebuah kalimat yang tertulis di dalamnya. Tangannya bergetar hebat membaca tulisan itu yang seolah-olah dirinya tengah di ancam. Siapa, siapa yang telah berani-beraninya menulis sampah seperti ini dan bermain-main denganya?

Tok...tok...tok

Suara ketukan yang berasal dari jendela, mengejutkan selir agung Xia. Dirinya yang tengah menggenggam surat yang entah dari siapa itu, dengan tergesa menyembunyikan di lacinya agar tidak ada yang mengetahui.

"Leon, Bagaimana bisa kau kemari malam-malam seperti ini?" kata selir agung Xia terkejut sekalligus tak habis pikir dengan laki-laki tampan itu.

Siang tadi, Leon memberinya kejutan tentang jati dirinya yang sebenarnya adalah seorang pangeran dari kerajaan Shui. Dan sekarang laki-laki itu kini berada di depan jendela kamarnya.

"kemari, cepat masuklah" lanjutnya lantas menyeret tangan Leon memasuki kamar.

"Kau tampaknya khawatir sekali"

"Bodoh, bagaimana aku tidak khawatir. Bagaimana jika ada penjaga atau orang yang tau kau menyelinap kemari?"

"Aihh, santai saja selir agung"

"Ckck enak sekali kau bilang. Leon, banyak yang harus kau jelaskan padaku"

"Soal?"

"Semuanya, jangan sampai ada yang terlewat"

"Baiklah, tapi pastikan kau tidak terkejut"

Dengan singkat namun detail, Leon menceritakan segalanya tentang awal mula dirinya berada disini. Pangeran dari kerajaan Shui itu diutus kemari selain untuk mewakili kerajaanya dalam acara diplomasi adalah sekaligus agar bisa mempelajari bagaimana keadaan juga kehidupan di kerajaan Tang ini. Untuk selir agung Xia, Leon akui dirinya memang dengan sengaja mendekatinya karena dirinya tau bahwa Xia adalah wanita ambisius yang ingin menjadi seorang permaisuri. Hal ini Leon ketahui setelah dirinya mencari tahu tentang wanita itu sesaat setelah pertemuan awal mereka.

"Kenapa kau mencari tahu tentangku?"

"Karena entah kenapa kau begitu menarik perhatianku

"Kau...ehm, jadi sekarang apa maksudmu dengan datang kemari?"

"Aku ingin mengajakmu bekerjasama"

"Tentang apa? Jika kerjasama resmi kau tak mungkin menemuiku secara diam-diam"

"Kau memang pintar. Aku ingin........." kata leon membisikkan sesuatu di telinga selir agung Xia

Awalnya wanita itu tampak terkejut sampai matanya pun membelalak namun beberapa saat kemudian, sebuah senyuman begitu manis terbit di bibirnya.

"Kau benar-benar gila, tapi aku suka itu"

"Sudah kuduga kau akan berkata demikian" balas Leon yang juga tersenyum

"Sekarang pergilah, sebentar lagi para penjaga pasti akan berpatroli"

"Selamat malam. Jangan lupa untuk memimpikanku" kata Leon tersenyum dan pergi dari kamar selir agung Xia.

"Sepertinya aku gila karena sudah mengagumimu" gumam selir agung Xia menyentuh dadanya yang berdebar begitu Leon tak berada lagi di depan matanya.

_____________________

Enjoy it guys

See u in next part readers kesayangan aku😘😘😘

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang