27

4 1 0
                                    

Kasih sayangku tak bertepi
Untukmu yang dibelenggu sepi

___________

Satu rombongan prajurit yang terdiri dari lima belas orang yang dibawa oleh kaisar Yuwen dan panglima perang Ryon berpencar untuk mengepung segala sisi sebuah gua di pedalaman hutan yang letaknya cukup jauh dari istana. Untuk sampai di tempat tersebut, mereka harus melewati dua perkampungan, satu pasar pusat dan tebing yang cukup curam meski tak lebar.

"Kau yakin putri Aurora ada disini gege?" tanya kaisar Yuwen kepada panglima perang Ryon sembari mengamati gua yang ada di depannya.

Jika dilihat sekilas, gua tersebut memanglah seperti terbengkalai dan tak terlihat tanda-tanda kehidupan. Cukup sesuai dijadikan sebagai tempat persembunyiam. Namun disini benar-benar tidak ada jejak apapun sama sekali meski setidaknya jejak ranting yang hangus di bakar untuk membuat api unggun atau hal lain semacamnya. Oleh sebab itulah kaisar Yuwen merasa ragu jika putrinya berada disini.

"Aku pastikan itu yang mulia. Putra dari mentri pertahanan kiri yang bernama Fan itu mengatakanya demikian" jawab panglima perang Ryon. Dirinya ingat betul ketika Fan malam tadi mengatakan padanya tentang keberadaan putri Aurora.

Flashback

Tadi malam setelah dirinya, kaisar Yuwen, permaisuri Qian dan pangeran Huwen berpisah usai membahas rencana mereka, tanpa membuang waktu panglima perang Ryon juga pangeran Huwen pergi menyusup ke kediaman mentri pertahanan kiri saat itu juga. Sementara pangeran Huwen menuju kesebuah ruangan yang entah ruangan apa, dirinya menuju kesebuah kamar yang untung saja tidak terkunci.

"Aish rupanya ini bukan kamar pria itu" gerutu panglima perang Ryon saat dirinya malah memasuki kamar milik seorang pelayan

Mengamati sekitar, panglima perang Ryon melihat dua pintu kamar berada di deretan pertama dan kedua dengan ukiran yang mewah dan tampak lebih besar ukurannya daripada kamar-kamar yang lainnya. Dengan cepat, dirinya segera paham jika mungkin salah satunya adalah kamar milik Fan. Tak punya cukup banyak waktu panglima perang Ryon asal memasuki kamar deretan kedua. Syukurlah keberuntungan berada di pihaknya karena dirinya memasuki kamar yang tepat.

"Emmh..emmh" Fan yang sebelumnya tertidur pulas, langsung terbangun begitu saja saat merasakan hidung juga mulutnya di bekap seseorang sehingga dirinya meronta.

"Diam dan menurut, atau pedangku akan melukaimu!" ancam panglima perang Ryon membuat Fan gentar. Mau tak mau, putra dari mentri pertahanan kiri itupun hanya bisa menurut saat panglima perang Ryon membawanya keluar dari kediaman orangtuanya menuju wisma khusus milik orang kepercayaan kaisar Yuwen tersebut.

"Dimana putri Aurora?" tanya panglima perang Ryon tanpa basa basi setelah dirinya selesai mengikat tubuh Fan di sebuah kursi.

"Apa maksudmu? Dan kenapa aku kau ikat seperti ini?! lepaskan!"

"Tidak akan sebelum kau mengatakan padaku dimana putri Aurora"

"Mengapa kau menanyakanya padaku?"

"Kau berisik sekali! Tinggal jawab dimana putri Aurora. Atau kau mau pisau ini melukaimu?" tekan panglima perang Ryon mendekatkan pisau yang di bawanya ke leher Fan

"Baiklah-baiklah, hutan lereng gunung sebelah utara.....disana ada sebuah gua. Periksalah. Tapi mungkin anak kecil itu sudah menjadi santapan hewan buas sekarang. Hahaha" kata Fan akhirnya membuat mata panglima perang Ryon melotot seketika.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang