30

7 1 0
                                    

Memaafkan, tidak akan menjadi hal yang sia-sia
meski di dalamnya terdapat ketidak adilan yang tersisa

Hari berganti. Pertemuan diplomasi antar kerajaan pun digelar. Para pelayan hilir mudik menata berbagai makanan untuk jamuan di aula istana dibawah pengawasan Qian Li selaku permaisuri. Untuk para selir, mereka tentu saja tetap membantu meski tak memegang kendali penuh. Termasuk selir agung Xia yang sedari tadi sibuk dengan pernak pernik berbagi macam hiasan yang akan digunakan untuk sedikit menghias ruangan. Agar memudahkanya, selir agung Xia memilih duduk tak jauh dari aula istana sambil bekerja karena jika dari kediamanya terlalu jauh jika harus bolak-balik.

"Lama tak bertemu tuan putri" kata seorang laki-laki yang tiba-tiba menghampiri selir agung Xia saat wanita itu tengah sibuk merangkai bunga-bunga di salah satu guci membuatnya sejenak mengalihkan perhatian.

"K...kau?"

Entah hanya mimpi atau khayalan, Xia tak percaya dengan penglihatanya saat pria yang pernah bertemu beberapa kali denganya itu sesaat sebelum memasuki istana kini muncul di hadapanya setelah sekian lama dengan penampilan yang berbeda. Tampak lebih gagah juga tampan. Tak dipungkiri, ada setitik perasaan rindu yang tertahan di hatinya. Dirinya sendiri pun bingung dengan perasaanya yang seolah plin plan padahal selir agung Xia telah mendambakan kaisar Yuwen sedari dulu namun, pertemuanya dengan Leon nyatanya mampu menggoyahkan hatinya.

"Ya, ini aku. Apa kabar Xia....atau harus ku panggil selir agung sekarang?"

"Bagaimana mungkin kau bisa ada disini? Siapa sebenarnya kau Leon? Kau...seorang bangsawan?"

"Hei, belum-belum kau sudah memberondongku dengan banyak pertanyaan. Nanti kau akan tau jawabannya. Selamat bertemu di aula istana selir agung" kata Leon meninggalkan selir agung Xia dengan senyum yang misterius, meninggalkan banyak tanya di benak wanita cantik itu.

Bagaimana tidak. Acara ini adalah diplomasi antar kerajaan dan bukan acara sembarangan. Tentu saja tidak semua kalangan bisa hadir seperti acara pesta atau perayaan yang biasanya di gelar kecuali para petinggi-petinggi istana yang mewakili. Bahkan biasanya pangeran atau kaisar langsung yang akan datang karena acara ini sangat penting untuk kemajuan kerajaan-kerajaan mereka masing-masing. Mengapa acara diplomasi diadakan di sini? Karena memang kerajaan Tang merupakan kerajaan yang paling besar di negeri ini sehingga biasanya hal apapun itu akan berpusat disini.

"Aula istana? Apa maksudnya? Ah mungkin saja dia benar-benar bangsawan yang memang diutus untuk mewakili kerajaanya" batin Xia tak ingin peduli dan kembali melanjutkan pekerjaanya yang harus segera selesai sebelum acara dimulai.

Dung....dung....dung

Suara gong dipukul beberapa kali menggema keseluruh penjuru istana menandakan acara diplomasi akan segera di mulai dan siapa saja yang belum memasuki ruangan agar segera datang berkumpul.

"Aish sial kenapa gong sudah dipukul. Untung saja rangkaian bunga ini sudah selesai" gerutu selir agung Xia yang berjalan dengan sedikit berlari menuju aula.

"Pelayan, letakkan ini di pojokan sana juga meja sebelah kanan nomor dua, lima dan enam itu" kata selir agung Xia sembari menyerahkan beberapa rangkaian bunga kepada dua orang pelayan sementara dirinya sendiri menata rangkaian bunga di meja sebelah kanan.

"Huh....Syukurlah bisa selesai tepat waktu" gumamnya menghembuskan napas lega saat melihat semua rangkaian bunga-bunga itu telah tertata rapi di tempatnya masing-masing. Kini, dirinya bisa kembali ke kediamanya terlebih dahulu untuk berganti pakaian dan sedikit memperbaiki riasanya.

*****

Acara digelar dengan mewah dan terkesan elegan meski tak bisa juga dikatakan sangat meriah. Serangkaian beberapa hiburan di suguhkan untuk meramaikan suasana sebelum acara inti dimulai. Dari pertunjukan musik, tari sampai penampilan para selir yang memamerkan kemampuan khusus mereka. Selir agung Xia dengan permainan guzheng nya, selir Lin dengan syairnya, selir hana dengan tari yang di kreasikan olehnya sendiri dan selir Jiu dengan kemampuan pedangnya yang memukau. Siapa sangka selir tingkat tiga itu begitu mahir memainkan pedangnya. Qian Li? Wanita itu tak menunjukkan apapun sebab kaisar Yuwen yang memang melarangnya.

"Sebagai pembuka acara inti, adakah dari kerajaan yang ingin lebih dulu melakukan penawaran?" kata sesepuh istana sebagai pemimpin acara.

Tak lama, seorang laki-laki tampan mengangkat tangan kananya agar dirinya diberi kesempatan untuk berbicara sebagai protokol agar tertib dalam penyampaian suara.

"Pangeran Shui Leon, silahkan katakan apa yang bisa anda tawarkan untuk pertukaran di kerajaan ini"

"Banyak kerajinan tembikar dari kerajaan kami dan beberapa jenis buah-buahan yang tidak ada disini. Aku rasa jika melakukan pertukaran dengan kerajinan tembaga serta alumunium itu akan sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak" katanya mantab sembari memperlihatkan beberapa contoh hasil tembikar dari kerajaanya.

"Untuk buah-buahanya, anda bisa melihatnya sore nanti karena prajurit yang bertugas membawanya belum tiba" lanjutnya

Qian Li sedari tadi hanya memperhatikan dari tempatnya. Laki-laki keturunan kerajaan Shui ini memiliki wibawa yang cukup kuat serta tegas dalam berbicara namun masih terkesan ramah. Benar-benar mencerminkan sosok seorang pangeran. Dalam hati kecilnya, entah mengapa Qian Li merasa terdapat setitik kelicikan di wajah tampanya itu.

"Aih apa-apaan kau Qian Li. Tak baik berprasangka buruk terhadap seseorang seperti itu" batinya menggelengkan kepala.

"Kau kenapa Lili?" Tanya kaisar Yuwen

"Tak apa. Yang mulia, bukankah kerajaan kita dan kerajaan Shui masih bermasalah? Mengapa anda membiarkan mereka datang kemari?" bisik Qian Li

"Karena permasalah kerajaan kita dan kerajaan Shui termasuk urusan pribadi Lili, sementara acara ini adalah untuk semua kerajaan yang ada di negeri ini jadi kitapun tak mungkin melarangnya berada disini"

"Anda...baik-baik saja?"

"Tentu, terlepas dari apa yang telah terjadi aku akan berusaha memaafkan kerajaan itu meski tidak mudah. Lagipula, mereka telah kalah dalam pertempuran dulu"

"Syukurlah, itu lebih baik daripada harus memupuk kebencian yang bisa saja akan menghancurkan kita sendiri nantinya" kata Qian Li menggenggam tangan kaisar Yuwen sembari tersenyum.

Sementara itu, di tempat duduknya seorang wanita tercengang tak percaya dengan gelar yang tersemat di nama laki-laki tampan itu. Pangeran Shui Leon. Yang itu berarti dia adalah putra kedua dari kaisar Shui Niang sekaligus adik dari putra mahkota Shui Zhang. Sungguh tidak dapat dipercaya. Pantas saja aura bangsawan yang tak biasa begitu lekat padanya karena rupanya Leon memang bukan sekedar bangsawan biasa melainkan adalah seorang pangeran. Kini, satu pertanyaan terjawab sudah.

__________________

Guzheng: alat musik tradisional China sejenis kecapi, memiliki 16 sampai 26 senar.

Hay-hay readerss, wah2 rasanya kangen banget nih sama kalian. Semoga hari-harinya lancar selalu dimanapun kalian berada. QnA? Boleh banget...😘😚😘

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang