17

13 2 1
                                    

Berdua selalu bersama
Merajut asa sampai menua

__________

Lima hari berlalu, sesuai dengan keputusan pihak istana, hari ini merupakan penobatan sekaligus pelantikan putra mahkota Yuwen sekaligus Qian Li menjadi kaisar dan permaisuri. Sengaja di tunda dalam dua hari memang karena segala persiapan belum benar-benar selesai. Dan kini setelah serangkaian acara berlalu yang memakan waktu hampir lima jam, terakhir tinggal keduanya mengucapkan sumpah kekaisaran.

"Salam hormat untuk kaisar Yuwen dan permaisuri Qian" kata para mentri serentak sesaat setelah kaisar Yuwen dan permaisuri Qian mengucapkan sumpah kekaisaranya.

"Huh...rupanya benar-benar tidak ada cara  lagi untukku bisa terlepas dari penjara istana ini" Qian Li menghela napas lelah sembari memandangi para mentri dan juga lainya yang kini menundukkan kepala di hadapanya juga suaminya.

"Minumlah, ini adalah simbol bahwa kau telah secara resmi menjadi permaisuri sekarang" kata kaisar Yuwen memberikan secangkir minuman kepada Qian Li yang dengan malas-malasan di terima oleh wanita tersebut.

"Arghh...pahit sekali minuman ini, seperti hidupku saat ini"

"Nikmati saja semua itu permaisuri" ejek kaisar Yuwen tertawa lepas

"Anda begitu enteng berbicara seperti itu yang mulia" kesal Qian Li

"Daripada kau marah-marah seperti itu lebih baik sekarang kita tinggalkan tempat ini dan beristirahat. Aku tau kau lelah" sambar kaisar Yuwen menarik lembut tangan Qian Li meninggalkan singgasana upacara. Berniat membawa permaisurinya   ke kediaman naga untuk sementara waktu sampai tenaga yang terkuras habis pulih kembali.

Bersamaan dengan itu, empat selir yang telah di pilihkan oleh para sepuh istanapun juga turut menyelesaikan penobatan mereka di istana dalam (istana khusus untuk paviliun-paviliun wanita kaisar) yang di resmikan oleh permaisuri Jiang sendiri usai dirinya menerima plakat kasepuhan dan dekrit istana sehingga kini secara otomatis telah bergelar sebagai ibu suri.

Ke empat selir tersebut tak lain adalah putri Xia sebagai selir agung atas pertimbangan pangkat ayahandanya dan atas usulan ibu suri, putri Hana yang merupakan putri dari mentri peradilan sebagai selir tingkat satu, putri Lin, putri dari mentri pangan sebagai selir tingkat dua, dan putri Jiu yakni putri dari mentri perpajakan sebagai selir tingkat tiga. Keempat selir tersebut merupakan golongan dari fraksi barat dan fraksi timur yang memang disengaja mengangkat putri-putri dari kedua fraksi tersebut untuk menghindari kesalahpahaman dari kedua belah pihak.

"Karena kalian semua telah menjadi seorang selir, untuk kedepannya kalian harus benar-benar mengabdikan diri dan membantu istana terutama kau Xia, karena posisimu sebagai selir agung" kata ibu suri Jiang menutup wejanganya.

"Baik yang mulia" jawab ke empatnya serempak

Setelah usai, semuanya pun membubarkan diri dikawal oleh para pelayan mereka sebagai penunjuk jalan menuju paviliun masing-masing yang mana rupanya tempat tersebut lumayan saling berdekatan satu sama lain dan tertata begitu apik dengan paviliun agung phoenix yang berada di posisi paling depan dan paling megah sebagai pertanda bahwa yang menempatinya adalah merupakan seorang yang memiliki kedudukan paling tinggi disana disusul dengan paviliun-paviliun lainya sesuai kedudukan masing-masing penghuninya. Sementara untuk ibu suri Jiang sendiri menempati paviliun bulan yang berdekatan dengan aula utama istana.

"Nikmatilah terlebih dahulu apa yang barusaja kau dapatkan sebelum tangis darah membanjiri istanamu ini Yuwen" batin seseorang yang melihat upacara kenaikan tahta tersebut dari kejauhan dan lantas menghilang setelah berada di keramaian.

*****

Malam menampakkan sinarnya. Seluruh anggota istana kecuali ibu suri Jiang yang mengatakan bahwa dirinya merasa tak enak badan, mengadakan jamuan makan bersama merayakan kenaikan tahta putra mahkota menjadi seorang kaisar sekaligus untuk menyambut kedatangan para selir sang kaisar tersebut. Jamuan sendiri diadakan secara sederhana untuk menghormati mendiang kaisar Feng yang belum lama ini mangkat. Selain itu, istanapun memang masih dalam masa berkabung untuk beberapa hari ke depan.

"Ayam peking ini sangat lezat. Kau harus mencobanya permaisuri" kata kaisar Yuwen sembari mengangsurkan ayam peking yang telah dirinya potong-potong ke mangkuk Qian Li.

Melihat kaisar Yuwen yang sangat memperhatikan permaisuri Qian, membuat hati selir Xia memanas seketika akbibat cemburu. Memang sejak dirinya menginjakkan kakinya di istana dulu, sebenarnya selir Xia sudah sangat mengagumi kaisar Yuwen dan bertekad untuk menjadi seorang permaisuri agar bisa terus bersanding dengan pria pujaanya itu.

"Aku tidak boleh diam saja. Bagaimanapun caranya, tahta permaisuri harus menjadi milikku agar aku bisa lebih dekat dengan yang mulia kaisar dan mengangkat kedudukan ayahanda" batin selir agung Xia menyimpan kedongkolan hatinya.

Hal ini tentu berbeda dengan para selir lainya yang malah merasa senang karena hubungan keduanya terlihat sangat harmonis. Memang begitulah seharusnya para selir bersikap karena tugas seorang selir adalah untuk membantu seorang permaisuri melakukan tugasnya sebagai ibu negara tanpa boleh mengganggu kedudukan masing-masing atau hukum istana yang akan menanti bagi yang melanggar.

"KAKAK IPARKU YANG CANTIKK" triak seseorang dari arah pintu yang tak lain adalah pangeran Huwen yang di sambut senyuman hanya oleh Qian Li

"Huwen pelankan suaramu dan gegas duduk, tidak sopan kau berteriak seperti itu saat sedang ada jamuan" tegur kaisar Yuwen

"Dasar kakak yang galak" gumam Huwen yang rupanya masih bisa di dengar oleh kaisar Yuwen

"Apa kau bilang?"

"Aku tidak bilang apa-apa. Mungkin kakak salah dengar"

"Dasar anak inii"

"Kalian berdua memang seperti kucing dan tikus. Sangat lucu jika bertengkar" kata Qian Li menahan tawanya membuat kedua kakak beradik di dekatnya langsung melototkan matanya.

Belum juga keduanya sempat membalas perkataan konyol yang Qian Li lontarkan, sebuah suara menyela mereka

"Maaf jika saya lancang yang mulia kaisar, pangeran"

"Ada apa selir agung?" tanya kaisar Yuwen

"Jika boleh malam ini saya ingin mengunjungi yang mulia ibu suri. Apa anda mengizinkan?"

"Terserah kau saja. Ehmm...mari kita lanjutkan menikmati jamuan"

"Huh begitu saja pakai izin segala. Benar-benar tidak penting sama sekali" batin pangeran Huwen dongkol namun tak urung akhirnya dirinya menikmati makanan di depannya karena cacing di perutnya yang telah berdemo agar segera di isi.

___________________

Readers semua nggak bosen-bosen Relca minta dukungan dari kalian buat vote komen and share....makasih juga buat kalian yang udah berkenan memberi dukunganya
Sayang kalian banyak-banyak 😇😘😘😘

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang