Awal

176 67 148
                                    

"PFT HAHAHAHA." Tawa Caca menggelegar memenuhi kamar. Jam 10 malam, lampu kamarnya sudah mati tapi tidak dengan ponselnya. Laki-laki itu sibuk menggulir Twitter dan berinteraksi dengan unggahan-unggahan yang lewat. "Ah, sampah," maki Caca saat satu unggahan bermakna merajakan laki-laki muncul di berandanya. Dia mengetik kontra berhuruf kapital dan mengirimnya tanpa pikir panjang. Jari telunjuknya menggeser layar lagi, salah satu Tweet menyita perhatiannya.

@lainlain

77 Kali malaikat nanyain gue mau lahir apa engga, 77 kali juga gue bilang iya. Dan sekarang 77 kali gue pengen mati

Caca tertawa ngakak membacanya, lagi-lagi jempolnya bergerak, mengetik tanggapan.

@cacah

Tolol wkwkwk nikmatin aja

Merasakan getaran pijakan langkah kaki mamaknya, Caca buru-buru menyelipkan ponselnya di bawah bantal. Yang semula berniat kamuflase, laki-laki kelas 11 itu malah bablas tertidur.

...

"Woy, Caca, disuruh ambil buku!" seru teman Caca dengan kepala menyembul di ambang pintu.

"Ah, males," jawab Caca sambal memainkan ponselnya.

"Ca, panggil Pak Olah!"

"Mager."

"Ca, ketua kelas disuruh kumpul."

"Suruh wakil aja."

"Ca, lo gue gampar, ya."

"Gak bo—"

Buk. 

"KETKEL HAMA!" maki Hanin sambal mengibas-ibaskan kotak tasnya dari bekas kepala Caca.

"Sakit, bego,"

"Sakit-sakit, makannya gak usah tolol!" judes Hanin sebal sambaing menyandang tasnya.

"Mau ke mana lo?" tanya Caca sembari melihat jam, baru jam 12 siang.

"Pulang, bego! Lo tadi disuruh kumpul karena buat nyampein info kalo kita pulang cepet," jawab Hanin misuh-misuh. Teman-teman yang lain juga sudah menyandang tasnya dan pulang.

"Ribet lo," maki Caca sambil ikut menyandang tasnya juga.

Hanin yang merasa direndahkan kembali melayangkan telapak tangannya. "Apa lo?"

"Males gue bonceng lo," ujar Caca mengalihkan topik.

"Gue adu ke mak lo!"

"Kebetulan gue gak punya mak."

"Halo, Tan, Caca bilang dia uda piatu." Suara Hanin yang sudah berbicara di telepon membuat Caca panik hendak merebut ponsel Hanin.

"Iya, gue juga gak ada anak kayak dia!" Suara Uma terdengar nyaring dari dalam ponsel. Caca memaki saat Hanin benar-benar sedang menelepon mamanya—Uma. Hanin juga dengan wajah mengesalkan mendekatkan ponselnya pada telinga Caca. "Pulang lo sekarang!" teriak Uma lagi, "sampai jam setengah satu lo belom pulang, gue—"

"IYA, MAK, IYA!" seru Caca memotong guna mempersingkat waktu yang diberi Uma. Dengan sekali sambar, Caca berhasil menyeret Hanin ke motornya, sedetik kemudian keduanya sudah berbaur dengan pengguna jalan.

"Mak gue kerja malem ini, gue nginep di rumah lo!" seru Hanin tepat di telinga Caca yang terbungkus helm. Caca merespon seadanya sambil menyalip beberapa kendaraan sekaligus. "Berenti di rumah gue dulu dong, temenin ganti baju!" pinta Hanin lagi.

"Rumah sampingan minta ditemenin lagi!" balas Caca, terdengar kesuh. Laki-laki itu memarkirkan motornya di depan teras rumah Hanin, lalu ikut masuk mengekor sepupunya.

ManiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang