Setelah Pertama ke ... ?

90 60 102
                                    

Lainlain:

First day haid ngapain? Dorong mobil mogok

Cacah:

Haidnya di-Ctrl Z aja

Lainlain:

Kelahiran lo aja yang di-undo bisa gak?

Pagi hari di kelas, tulisan Lainlain muncul lagi di beranda. Saat piket kelas seperti sekarang ini, Caca tak absen membalas unggahan itu. Merespon unggahan Lainlain mulai menjadi rutinitas bagi Caca. Tak ada unggahan terlewat, terabsen sepenuhnya di beranda Caca. Lainlain pun tak mempermasalahkan lagi, tak ada kata shut up atau go to the lake atau sebagainya. Perempuan itu—perkiraan pemilik gender akun Lainlain—sepertinya sudah menyerah untuk membuat Caca pergi dari radar sosial medianya.

Daftar balasan Caca di X pun melambung tinggi jumlahnya akhir-akhir ini. Caca jadi gemar mengurus hidup orang, laki-laki itu ikut nimbrung di pembicaraan isu-isu artis lokal mau pun negara lain. Curhatan orang di akun Tanyarl pun digarapnya juga. Tak ada yang terlewat, apa lagi si Lainlain ini. Rasanya, keberadaan Lainlain yang mengisi berandanya di waktu tak nentu ini membuat X Caca terasa lebih hidup.

Caca menggulir ponselnya, menampilkan daftar balasan dirinya pada unggahan Lainlain. Jam setengah enam pagi, jam empat sore, jam delapan malam, Lainlain mengunggah kabarnya secara tak nentu. Dan Caca selalu menemukan unggahan terbarunya tepat waktu. Rasanya seakan mereka berdua tengah chatting saja.

Caca memasukkan ponselnya dalam saku celana dan mengambil tumpukan buku tulis yang harus diantarnya ke meja guru. Sambil bersenandung kecil, Caca menyusuri lorong sekolah yang sudah sepi di jam pulang seperti sekarang. Ruang guru pun kosong melompong saat pintunya dibuka, hanya ada suara pendingin ruangan yang menderu halus. Laki-laki kelas 11 itu meletakkan buku-buku yang dibawanya di meja, kemudian berbalik sebelum—

Prang.

Caca mematung seketika, matanya awas melirik sudut langit-langit ruangan. Tak ada kamera pengawas. Dia meneguk ludah, suara barusan terdengar bagai hujan petir di telinga Caca: nasib buruk. Caca sadar sikunya menyenggol guci atau vas bunga atau pajangan rapuh yang membuatnya sekali jatuh langsung pecah. Caca menghembuskan napas dalam, mulai berpikir. Tak ada kamera pengawas di sini, bahkan ruangan ini kosong. Tak ada saksi mata selain Tuhan. Jadi Caca memanfaatkan keadaan, menarik napas dalam, dan melangkah pergi.

"Heh, yang di sana!"

Naasnya niat jahat Caca disaksikan ibu-ibu yang bersuara keras dan melengking. Caca menghembuskan napas pelan-pelan, dia berbalik dan melihat ada ibu BK yang berkacak pinggang di bingkai pintu ruang konseling yang memang berada di dalam ruang guru.

Bruk.

Perhatian keduanya terdistraksi pada siswi berseragam kelas 12 di pintu keluar. Ibu guru itu ternganga sambil berseru, "HEH, LALA!" Ibu itu kembali melotot pada Caca dan bereru, "Kalo kamu berhasil kejar dia, Ibu maafin tentang vas bunganya."

Spontan, Caca mengangguk dan melarikan diri menuju keberadaan cewek yang kabur tadi. Kakak kelas Caca itu buru-buru menuruni anak tangga dan berbelok ke gedung kelas. Caca memacu langkahnya mengejar, terengah-engah sambil memanggil Perempuan tak dikenalnya itu. "Woy!" panggil Caca tak sopan, "Lo dipanggil Ibu BK!"

Perempuan yang berlari tak kunjung menunjukkan tanda akan berhenti, jadi Caca menjeda langkahnya. Dia melepas sepatu dan menargetkan lemparan pada kepala cewek itu. Detik ini, jarak mereka sekitar tiga meter setengah. Besar kemungkinan bagi Caca untuk bisa membuat kepala kakak kelasnya itu benjol.

Dug.

Sepatu hitam Caca telak menyerang kepala perempuan yang dipanggil Lala. Serangan tak terduga itu berhasil membuat fokus Lala goyah lalu membuat wajah dan lututnya membentur pilar. Kedua kaki gadis itu pun melemas dan tubuhnya ambruk ke lantai.

ManiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang