2.

3.7K 366 8
                                    

"Winar!" Lagi dan lagi, suara itu masuk kedalam pendengaran Winarsa.

Winar menghentikan aktifitasnya yang kini tengah mengeluarkan motor Scoopy miliknya, mengalihkan atensinya kepada Karina yang sedang berlari kearahnya dari kejauhan.

"Kenapa, Karin?" Tanya Winarsa sembari menatap mata lawan bicaranya, "Eh? Emm.. gue bareng sama lo, ya?" Kikuk Karina.

Dahi Winarsa berkerut, "Kok tumben nggak bawa mobilnya?" Tanya Winar penasaran, Karina mengangkat alisnya, ia tampak berpikir, "Oh iya- soalnya.. ya soalnya gapapa, tadi lagi pengen nebeng sama Gisel, tapi tadi Gisel udah pulang duluan soalnya gue piket. Kebetulan lo masih ada disini, gak papa kan?" Karina beralasan.

Winarsa mengangguk mengerti, "Oohh, boleh kok." Ujarnya sembari sedikit menunduk seakan mengambil sesuatu, Winar mengalihkan pandangannya kearah Karina.

"Sini!" Ujarnya, Karina mendekat, dengan segera Winarsa memakaikan helm cadangan yang ia bawa. "Nah, sudah. Sebentar, ya? Aku maju sedikit biar enak kamu naiknya."

Karina tak berucap apapun, ia hanya mundur dua langkah kebelakang, memberikan jalan pada Winarsa yang hendak mengeluarkan motornya. Winarsa menurunkan footstep agar Karina dapat naik lebih mudah, lagi-lagi Karina terdiam melihat perlakuan Winarsa.

"Udah, yuk!" Winar menoleh kearah Karina dan tersenyum hangat. "Karin? Kok diem aja, katanya mau bareng?" Winar kembali memanggil guna menyadarkan Karina yang diam sedari tadi.

"Eh? Iya iya." Karina dengan segera menaiki motor Winarsa. Kedua tangannya menggenggam kecil jaket yang dikenakan Winar bermaksud berpegangan.

Winarsa pun menjalankan motornya, Karina yang dibelakang Winar dapat mencium kembali aroma khas yang tidak dapat ia temukan di orang lain. Bahkan saat sudah jam segini, wangi Winarsa tak berubah.

'Dia pakai parfum apa, ya? Pengen custom buat dijadiin pengharum ruangan di kamar.' Pikir Karina.

"Win, habis ini Lo langsung balik?" Tanya Karina mencoba menggali topik. Winarsa menggeleng, "Hah? Oh- enggak, Rin."

"Terus mau kemana?" Tanya Karina lagi, "Mau kerja." Jelas Winarsa.

"Gitu kerjanya sampe jam berapa, Win?" Karina mulai penasaran, "Emm.. sampe malem, paling jam sembilanan baru sampe di kosan akunya."

Karina mengangguk-anggukkan kepalanya, "Enggak capek emangnya?" Winarsa tersenyum, ia menggeleng pelan, "Enggak kok, Rin."

"Kok bisa sih enggak capek? Gue yang cuma sekolah sama nganggur di rumah aja capek." Karina sedikit memajukan kepalanya untuk mendengar jawaban dari Winarsa.

"Hahaha, iyalah. Aku sih kuat, ya." Winar menjawab dengan nada sedikit jahil, "Eh, lo ngerendahin gue ya!?" Karina sedikit tersulut.

"Enggak kok, Rin. Hehehe." Winar cengar cengir, agak serem kalau Karina sudah seperti itu.

"Ini rumahnya yang mana, Rin?" Winarsa bertanya kala ia menyadari bahwa mereka telah sampai di komplek perumahan elite milik Karina.

"Yang itu, yang warnanya putih." Karina menunjuk sebuah rumah megah bertingkat dengan halaman depan yang begitu luas bak istana.

Karina turun dari motor Winar ketika Winar menghentikan motornya, Karina melepas helm Winar dan memberikannya pada sang pemilik.

"Makasih ya, Win. Udah nganterin gue." Ujar Karina sembari tersenyum. Winarsa tersenyum tipis, "Iya, sama-sama."

Winarsa kembali menatap rumah megah dibelakang Karina kemudian menatap Karina lagi, Winarsa kembali tersenyum.

"Kalo gitu, aku duluan ya, Rin." Pamit Winar, "Enggak mau mampir minum dulu?" Tawar Karina, Winarsa menggelengkan kepalanya.

Dunia Kita Berbeda - WinRina ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang