12.

3.6K 321 54
                                    

3 months later..

Winarsa terbangun karena suara alarmnya yang berisik, membuat tangan gadis tersebut meraba keberadaan benda pipih yang terletak diatas meja dekat kasurnya.

Winarsa mematikan alarmnya dan mulai duduk untuk mengumpulkan nyawanya, sayup-sayup matanya memandang, ia kembali meraih benda pipih tersebut.

Ia menggulir keatas kebawah, seakan mengecheck sesuatu. Tak lama kemudian, helaan nafas lelah terdengar.

"It's been a week, Rin.. kamu masih engga ngabarin aku juga." Winarsa kembali menidurkan badannya di kasur.

Sejenak ia memejamkan matanya, mencoba menetralisir hati dan pikirannya yang tak karuan akibat sang kekasih yang sudah mulai berubah di bulan ketiga hubungan mereka.

Tak lama, Winarsa terkekeh kecil.

"Biarin aja deh, lagian dia mau lulus juga, pasti banyak kerjaan yang harus dia lakuin buat persiapan lulus." Positif Winarsa.

"Kalau memang alasannya negatif, nggak boleh kecewa, sadar diri. Kamu siapa dan dia siapa." Winarsa berbicara pada dirinya sendiri, menguatkan hatinya yang rasanya sudah tak karuan.

Winarsa membuka matanya, ia beranjak dari tempat tidurnya setelah ia yakin kalau bisa melewati fase-fase ini. Seperti biasa, Winarsa mandi dan memakai seragam di kamar mandi kosannya.

Ia melangkah menuju kamar kosnya lagi, membuka pintu dan sudah mendapati Karina berdiri disana, menantinya.

Dahi Winarsa sontak berkerut, karena gadis yang menghilang seminggu belakangan ini tiba-tiba berada di kamar kosnya tanpa memberikan konfirmasi apapun padanya.

"Kok udah disini?" Bingung Winarsa.

Karina mendekat, ia segera mengalungkan kedua tangannya di leher Winarsa. Mendekatkan wajah dan menggesekkan hidung mereka satu sama lain. Karina memeluk erat kekasihnya.

"Sorry.." Gumamnya pelan, namun Winarsa masih bisa mendengarnya.

Senyuman hangat Winarsa terukir, ia mengelus lembut punggung gadisnya guna menenangkan gadis tersebut di dalam rengkuhannya.

"That's okay.. where have you been?" Tanya Winarsa pelan.

"Kalau aku bilang, kamu marah ngga?" Tanya Karina sembari mendekap erat leher Winarsa.

"Tergantung kamu bilang soal apa." Terang Winarsa, Karina berdecak kesal.

"Janji dulu engga marah." Pinta Karina sembari menatap Winarsa.

Winarsa pasrah, dan menuruti permintaan Karina.

"Iya, enggak marah." Jawabnya lembut.

"Emm.." Karina kembali bergumam sembari mendekap leher Winarsa dengan sedikit menyembunyikan wajahnya.

"Kenapa?" Tanya Winarsa sembari terus mengelus lembut punggung Karina.

"Aku seminggu belakangan sering jalan sama Jeano, Win.." Karina berujar pelan.

Sontak elusan lembut itu terhenti, Winarsa menatap kosong benda-benda didepannya sembari mencerna perkataan kekasihnya.

"Aku pulang malem, terus kecapean, jadi suka tidur tanpa ngabarin kamu. Aku lupa.." Karina mengeratkan dekapannya.

Sementara rangkulan Winarsa merenggang, ia mulai memejamkan matanya, menahan rasa menusuk nan sesak di dalam dadanya. Dengan sedikit mengulum bibir bawahnya.

Karina yang merasa tak ada respon dari Winarsa pun menjauhkan wajahnya dan menatap Winarsa.

"Win, I told you to not angry.." Ujar Karina.

Dunia Kita Berbeda - WinRina ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang