"Makasih ya, Winar. Tadi seru banget." Karina berujar girang sembari tersenyum menatap Winarsa yang tengah mencantolkan helm di motornya.
"Aku yang makasih, Karin. Maaf ngerepotin kamu kaya gini." Winar menatap Karina, sementara Karina menggeleng, "Ngerepotin apasih? Aku cuma bawa makan kok, nggak bawain kamu mobil."
Winarsa terkekeh kecil, "Tetep aja. Intinya sama-sama makasih aja." Karina mengangguk.
"Emm, besok boleh ikut kamu lagi nggak?" Karina bertanya sembari sedikit memiringkan kepalanya, dahi Winar berkerut, "Ikut kemana?"
"Ikut kamu kerja." Terang Karina, Winar menggeleng kecil, "Jangan, Rin. Capek, besok hari Sabtu juga, kan? You better have some rest at home."
"Tapi bosen dirumah terus, mending temenin kamu kerja aja akunya." Karina sedikit ngedumel, Winarsa berpikir sebentar.
"Tapi sore aja, ya? Nanti aku jemput disini jam.. sekitaran jam empat lah." Ujar Winar, Karina berbinar, "Iya iya! Okee, aku tunggu besok jam empat, yaa!"
Winar tersenyum, "Iya, Karin. Masuk gih, aku lanjut dulu." Ujar Winar.
"Lanjut kemana? Kamu pulang, kan?" Tanya Karina. Winar menggeleng, "Aku pulangnya masih nanti, Rin. Jam sebelas atau duabelasan, ini mau lanjut kerja di tempatnya Pak Tio. Yang di perempatan deket sekolah."
Karina terdiam lalu ber-oh kaku, "O-ohhh.. kalau udah langsung pulang, banyak begal." Ujar Karina. "Begalnya keluar jam satu, Rin. Soalnya tengah malem biasanya masih agak rame." Jelas Winar.
"Ya tetep aja, mau siang kek, malem kek, pulangnya jangan dilarut-larutin." Nada Karina mendadak kesal. "Iya-iya, aku duluan ya. Makasih sekali lagi, Rin."
"Hu'um, hati-hati." Karina terus menatap Winarsa hingga gadis tersebut lenyap dari pandangannya.
Karina melangkah masuk kedalam rumahnya, di ruang tamu ia sudah disambut oleh sang mama. "Anak gadis mama pulang bareng siapa hayo tadi? Pacarnya ya?"
Goda Wanita tersebut yang kini sedang bersantai dengan suaminya. Karina tersenyum malu, "Apasih, ma?"
"Gausah gitu, gak papa kok. Eh, tapi tadi dia cakep ya. Kenapa enggak kamu suruh mampir?" Tanya wanita tersebut, Karina menggeleng pelan, "Katanya mau lanjut kerja tadi."
"Oalah, kerja apa emangnya?" Imbuhnya, "Eee.. Karin kurang tau sih, ma. Winar kerjanya selalu ditempat berbeda setiap harinya, biar bisa dapet tambahan katanya." Jelas Karina.
"Oohh, giat ya. Siapa tadi namanya, Windah? Winan? Apa, siapa?" Karina dan sang papa ketawa lepas, "Winar, mah. Winarsa namanya." Papa Karina sudah tak kuasa lagi menahan tawanya.
"Nah iya, Winarsa. Susah bener namanya, besok bawak sini dong anaknya." Pinta mama Karina, "Iya, bilang aja dipanggil papanya Karina, gitu." Sahut papanya.
"Iya deh, besok Karin ajakin mampir Winarnya."
.
"Udah, pak!" Winar mengatur nafasnya sembari sedikit mengipaskan bajunya.
"Cepet pisan, nak Winar. Padahal tadi banyak barangnya yang harus diturunin." Puji pak Tio si pemilik toko.
Winar tersenyum bangga, "Hehe, iya dong pak. Inikan Winar." Sombongnya, pak Tio hanya terkekeh kecil.
"Ini upahnya buat nak Winar, sama ini, sebentar, sini sini." Setelah menyodorkan uang bernominal 100 ribu, pak Tio menarik tangan Winar.
"Nah, ini. Buat cemil cemil dirumah, sama buat makan." Pak Tio menyodorkan sebuah keresek yang berukuran cukup besar, berisikan beras, teh, telur, gula, dan beberapa jajanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Kita Berbeda - WinRina ✓
FanfictionKarina, si cewek yang terkenal pemain di sekolahnya. Banyak laki-laki maupun perempuan sudah menjadi korban patah hati darinya, dan korban selanjutnya ialah Winarsa. Si gadis dengan kehidupan kurang mengenakkan, berbanding terbalik dengan Karina yan...