11.

3.7K 315 9
                                    

"Udah kelar ternyata." Winarsa tersenyum sembari menutup kembali pintu kosnya, kini Karina terkekeh kecil menatap Winarsa.

"Lagian ngapain keluar?" Tanya Karina, "Loh? Kamukan ganti baju, keluar lah aku." Jelas Winarsa.

"Oohh gitu.." Karina sok mengangguk-anggukkan kepalanya, "Iya, biar nggak cabul banget gitu kelihatannya." Enteng Winarsa.

Karina menghela nafasnya, "Kalau cabul mah cabul aja." Ujarnya sedikit menyindir.

Winarsa mengangkat kedua tangannya, "Last night itu kamu yang duluan, ya. Jadi aku nggak salah apa-apa." Winarsa berujar sembari mengedikkan bahunya.

Karina mendengus, "Ayok berangkat aja ah, telat lama-lama kalau nurutin kamu." Ujar Winarsa.

"Lah ini masih jam setengah enam anjir?" Kata Karina.

"Yaudah, nanti kita sarapan bubur ayamnya pak Suprapto." Winarsa sedikit berbalik dan tersenyum pada gadisnya sembari menaik turunkan alisnya.

Karina sontak tersenyum, ia segera mengemasi barang-barangnya dan menyusul Winarsa yang tengah mengeluarkan motornya.

"Udah? Ngga ada yang ketinggalan?" Tanya Winarsa memastikan setelah ia memasangkan helm ke Karina.

Karina menggeleng kecil, "Nope, udah semuanya kok."

Winarsa mengangguk, ia menurunkan footstep dan membiarkan Karina untuk naik terlebih dahulu sampai akhirnya mereka berdua sudah meninggalkan kosan Winarsa.

"Udah sering berangkat pagi, tapi tetep suka suasananya." Winarsa tersenyum, Karina yang kini tengah menyandarkan dagunya di dagu kiri Winarsa ikut mengangguk.

"Dingin tapi." Ujar Karina, "Iyasih, tapi kalau aku mah gak terlalu dingin sekarang." Enteng Winarsa.

"Oiya? Tahan berarti kamu." Balas Karina.

Winarsa mengangguk, "Iyalah, dipeluk kamu soalnya." Jawab Winarsa dengan cengirannya.

Karina melirik kedua tangannya yang saat ini melingkar erat di perut Winarsa, ia pun tersenyum, dan semakin mengeratkan tubuh mereka berdua. Sesekali mata Karina terpejam menikmati nyamannya posisi mereka saat ini.

Winarsa meminggirkan motornya kala mereka sudah sampai di tujuan. Winarsa memesan 2 porsi bubur ayam spesial.

"Sering makan disini?" Tanya Karina sembari menyuap makanannya.

Dahi Winarsa berkerut, "Nggak juga, aku jarang makan pagi. Tapi kalau masalah bubur ayam, disini emang andalan aku." Senyumnya.

Karina menghentikan makannya, "Jarang makan pagi?"

Winarsa mengangguk, "Aku makan pagi biasanya kalau ada uang lebih, sama kalau dikasih roti sama buk Minah, ibuk kosku."

"Emm, emang sehari ngga kamu jatah uang makan?" Tanya Karina hati-hati.

"I did, tapi kadang sayang aja gitu make. Kan bisa dibuat pegangan, hampir 80% gaji aku tabungin." Jelas Winarsa.

"Ya enggak gitu, Winar... Harus tetep dipake buat makan, pantesan tiap hari kok kamu pucet." Omel Karina. "Hehe, iya nanti aku pake buat makan."

Karina menggeleng, "Gausah, makanan kamu aku aja yang masakin. Biar bisa hemat."

"Jangan, Rin.."

Alis karina terangkat, "Kenapa? Nggak bakalan ngerepotin aku, toh cuma makan."

"Akunya ga enak aja gitu."

"Masa iya sama pacar sendiri ga enak? Makan doang lagian, kamu semalem hentakin keras-keras juga enak-enak aja kok." Karina ngotot dengan sedikit nyeleneh.

Dunia Kita Berbeda - WinRina ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang