"HAH!"
Tubuh Karina tersentak, matanya terbuka lebar, nafasnya terengah, dan tubuhnya dipenuhi dengan keringat dingin.
Karina melihat ke sekelilingnya, mulai bangun dan mendudukkan dirinya perlahan, mencoba mencerna apa yang sudah terjadi padanya.
"Kok bisa sih.." Karina bergumam bingung sembari mengusak wajahnya.
"Mimpi di dalam mimpi, aneh. Gue tau ini mimpi, tapi gue gabisa bangun."
Karina terus berfikir, apakah ia tersesat di dunia lain? Namun ditengah fikirannya, ia sontak teringat.
"Winarsa?!" Pekiknya.
Tak perduli dengan jam yang masih menunjukkan pukul empat pagi, Karina keluar dari kamarnya dengan pakaian tidur compang camping.
Ia pergi ke tempat supirnya dan membangunkan pria yang kini tengah terlelap dengan mulut yang terbuka itu.
"Pak?"
"Pak Narto, bangun!" Karina menggoyang-goyangkan tubuh pria tersebut.
"Ha? Eh- iya, non Karin?" Pria tersebut berusaha bangun dengan nyawa yang hanya seperempat.
"Anterin Karin ke kosannya Winar, pak! Buruan!"
"Jam segini, non?" Tanya pria tersebut.
"Biarin, mau jam 12 malem pun kenapa emangnya? Ayo buruan!"
Karina terus memaksa pria tersebut, ia sempat disuruh menunggu beberapa menit karena pak Narto hendak mengembalikan nyawa sepenuhnya. Takut di jalan ada apa-apa.
Hingga di jam 04.37 Karina berangkat ke kosan Winarsa yang diantarkan oleh pak Narto menggunakan mobil pribadinya.
Di perjalanan, Karina menatap cemas jalanan, berharap apa yang berada di mimpinya tidak nyata. Wajahnya benar-benar khawatir saat ini, sesekali ia merutuki kebodohannya karna banyak melakukan interaksi bersama Jeano.
Ia yakin Winarsa pasti tak menyukai hal tersebut, terlebih Winarsa sendiri mengaku kalau gadisnya itu sungkan untuk menunjukkan rasa cemburunya, merasa tak pantas.
Hingga kini ia telah sampai di kosan Winarsa, benar saja, karena masih sangat pagi, pagar kosan tersebut tertutup rapat.
"Pak, tolong dong biar kebuka." Ujar Karina.
"Gimana, non? Kan yang punya kuncinya si pemilik kos, bukan saya.."
"Aih, ya pak Narto ngapain kek, biar kebuka pintunya. Karin mau cepet-cepet ketemu Winarsa, pak!"
Pak Narto celingukan mencari sesuatu, hingga akhirnya pria tersebut tersenyum karena netranya menangkap seorang bapak-bapak di pojok sana yang kini tengah menyirami tanaman.
Karena berada di dalam lingkungan kosan Winarsa, kemungkinan besar bapak-bapak tersebut bisa membantu mereka.
"Pak! Permisi?" Panggil pak Narto pada bapak-bapak tersebut.
Yang dipanggil pun mengalihkan atensinya dan berjalan mendekat ke sumber suara.
"Iya, ada apa ya?" Tanya pria berkumis tersebut.
"Ini, bapak bisa buka pagarnya? Non Karina mau ketemu sama non Winarsa." Ujar Pak Narto sopan.
Wajah bapak-bapak tersebut langsung sumringah, "OHH! Nak Winarsa? Boleh-boleh, sebentar."
Bapak-bapak itu langsung berlari kedalam kamar terdepan di sebelah kiri yang mungkin adalah rumahnya, kembali membawa beberapa kunci yang digantung jadi satu, kemudian membukakan pagar untuk Karina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Kita Berbeda - WinRina ✓
FanfictionKarina, si cewek yang terkenal pemain di sekolahnya. Banyak laki-laki maupun perempuan sudah menjadi korban patah hati darinya, dan korban selanjutnya ialah Winarsa. Si gadis dengan kehidupan kurang mengenakkan, berbanding terbalik dengan Karina yan...